Mujur para pengawal kunjungan kenegaraan dengan sigap bertindak sehingga baik Presiden Soekarno maupun Kruschev lolos dari upaya pembunuhan.
Pada 7 Januari 1962, Presiden Soekarno yang sedang berkunjung ke Makassar dan menghadiri acara di Gedung Olah Raga Mattoangin kembali menghadapi upaya percobaan pembunuhan.
Dalam perjalanan menuju Gedung Olah Raga seseorang melemparkan granat aktif tapi meleset dan justru mengenai mobil lainnya.
Salah satu penyerang ternyata anggota APRI sedangkan satu pelaku lagi warga sipil.
Empat bulan kemudian Presiden Soekarno kembali mengalami percobaan pembunuhan ketika sedang mengikuti sholat Idul Adha di Masjid Baiturahim, Jakarta.
Seorang penyerang, melepaskan tembakan dalam jarak dekat menggunakan pistol tapi tembakannya meleset.
Dari sejumlah upaya pembunuhan yang mengancam dirinya Presiden Soekarno telah menyadari adanya konspirasi untuk meyingkirkan dirinya.
Tanpa ragu-ragu Presiden Soekarno kemudian menuduh Pemerintah AS dan CIA berada di balik semua upaya pembunuhan itu.
Ketika Presiden Soekarno secara terang-terangan menyampaikan adanya konspirasi pembunuhan terhadap dirinya itu kepada Duta Besar AS untuk Indonesia saat itu, Howard Jones, Dubes AS itu ternyata tidak menyangkalnya.
Demi membina hubungan diplomatik yang tetap baik, Dubes Jones atas perintah Presiden Johnson, bahkan menawari Soekarno berkunjung ke AS dengan jaminan “tidak akan dibunuh oleh CIA”.
Pernyataan itu dalam bahasa diplomatik justru makin jelas membuktikan bahwa CIA selama ini memang telah berupaya membunuh Presiden Soekarno.