Kepada para mahasiswanya di Beijing, Jin mengatakan 15 menit setelah senjata elektromagnetik itu ditempatkan, musuhnya langsung sakit dan muntah.
"Mereka tidak bisa berdiri, jadi mereka memilih melarikan diri. Itulah cara kita berhasil merebut wilayah mereka," koar Jin.
Dia melanjutkan dikutip Daily Mail Selasa (17/11/2020), Beijing menggunakannya karena mereka dihadapkan pada pasukan khusus asal Tibet yang berpihak ke India.
Senjata api dilarang berdasarkan perjanjian, meski pada September sempat ada tembakan peringatan di mana kedua kubu saling menyalahkan.
Sementara AS juga mengembangkan senjata itu, "Negeri Panda" diyakini menjadi negara pertama yang mengarahkannya ke musuh secara langsung.
Dikenal sebagai WB-1, senjata itu pertama kali dipamerkan pada 2014, dan diyakini dikerahkan untuk menyokong angkatan laut China.
Terdapat dugaan bahwa senjata itu dipakai untuk menyerang diplomat AS di China dan Kuba, dalam serangkaian insiden pada 2016.
Adapun "sinar laser" AS, dikenal sebagai Sistem Pengusir Aktif, muncul pada 2007 dan ditaruh di Afghanistan.
Namun tak pernah dipakai melawan musuh. Klaim yang dipaparkan Jin muncul di tengah upaya China dan "Negeri Bollywood" meredakan ketegangan di wilayah sengketa di Ladakh.
Dua negara pemilik senjata nuklir tersebut mengerahkan ribuan personel sejak baku pukul menggunakan peralatan ala abad pertengahan terjadi pada Juni.