Sementara seorang petinggi Partai Buruh meminta pemerintah untuk memberikan prioritas kepada orang yang rentan, tunawisma, dan penghuni tempat penampungan malam.
Ekonom kesehatan di University of Oxford Philip Clarke mengatkan, urgensi daftar prioritas akan bergantung pada berapa lama waktu yang dibutuhkan vaksin tersedia secara luas.
"Artinya, jika setiap orang memiliki akses selama beberapa minggu, mungkin tidak masalah siapa yang mengambil vaksin pertama atau terakhir," kata dia.
"Tetapi jika vaksin diluncurkan perlahan, selama berbulan-bulan, mungkin sangat penting siapa yang pergi lebih dulu atau terakhir," tambahnya.
China
China memiliki pertimbangan berbeda soal kelompok prioritas penerima vaksin, karena risiko utamanya merupakan kasus impor.
China telah menempatkan warga negara dengan rencana perjalanan ke luar negeri di antara kelompok-kelompok yang diprioritaskan untuk penggunaan vaksin darurat.
Selain mencegah warganya membawa virus pulang, tindakan ini juga mengurangi risiko warga negara China menjadi pembawa virus di luar negeri.
Jadi, kelompok pertama yang mendapatkan akses di China adalah diplomat, pekerja di perusahaan milik negara, dan karyawan pembuat vaksin.
Source | : | Kompas.com,GridHot.ID |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar