Jika kru mengubah sudut radar cuaca pesawat ke bawah sebelum meninggalkan ketinggian jelajah, maka kemungkinan mereka akan melihat jalur awan di depan dengan lebih baik.
Dari rekaman suara kokpit dan melihat kerusakan di hidung dan mesin pesawat, disimpulkan awan badai yang ditembus GA421 kala itu bukan hanya berisi hujan saja, melainkan juga butiran-butiran es.
Laporan menyebut air dan es tersebut memiliki kepadatan yang tidak bisa ditoleransi lagi oleh mesin saat kondisi idle, sehingga tidak bisa dinyalakan ulang.
Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judulSriwijaya Air SJ182 Terjun 3000 Meter Kurang dari Satu Menit, Dulunya Pesawat Satu Ini Malah Bisa Mendarat Darurat dengan Selamat Meski Mesin Mati, Begini Ceritanya(*)