Di mana regulator penerbangan Amerika Serikat, Federal Aviation Administration (FAA) pernah menerbitkan peringatan kepada maskapai-maskapai di AS yang mengoperasikan jenis pesawat Boeing 737 Next Generation (NG) dan Classic.
Dikutip dari Kompas.com, jenis pesawat tersebut, yakni B737 NG (seri 600, 700, 800, dan 900) dan Classic (seri 300, 400, 500), juga banyak dipakai oleh maskapai di Indonesia.
Seperti misalnya Garuda Indonesia yang mengoperasikan B737-800, Lion Air dengan B737-800 dan -900, dan Sriwijaya Air dengan B737-500 dan -800.
Peringatan tersebut ditujukan untuk pesawat yang tidak dioperasikan selama tujuh hari berturut-turut atau lebih.
Menurut FAA, di dalam mesin pesawat CFM56 yang dipakai oleh B737 NG dan Classic, yang tidak beroperasi selama tujuh hari berturut-turut atau lebih, ditemukan korosi (karat) di bagian air valve check.
Jika terdapat korosi, maka bagian mesin tersebut harus diganti sebelum pesawat kembali beroperasi.
FAA mengatakan bahwa imbauan tersebut diterbitkan setelah setidaknya ada empat laporan mati mesin yang dialami B737.
Setelah diinvestigasi, insiden itu terjadi akibat komponen air check valve di dalam mesin selalu "nyangkut" dalam kondisi terbuka akibat korosi.
Air check valve umumnya terbuka saat mesin pesawat bekerja maksimal, seperti saat takeoff, dan menutup saat berada di ketinggian jelajah (cruising).
Terbang dengan kondisi air valve check yang "menyangkut" tak bisa menutup itu, menurut FAA bisa mengakibatkan dual engine power loss, atau kedua mesin pesawat mati saat di udara, dan tidak bisa di-restart lagi.
Boeing sendiri selaku produsen pesawat B737, mengatakan bahwa pihaknya telah memberitahu seluruh maskapai operator B737 di seluruh dunia, untuk menginspeksi pesawat masing-masing, terutama yang disimpan.