Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Makin Ketat, Militer Myanmar Blokir Total Facebook, Twitter, Sampai Instagram dari Rakyatnya, Bagaimana Nasib Warganya?

Angriawan Cahyo Pawenang - Minggu, 07 Februari 2021 | 06:13
Seorang perempuan di Myanmar bernama Khing Hnin Wai merilis video dalam laman Facebooknya yang menunjukkan bahwa dirinya melakukan aerobik, saat konvoi kendaraan militer berlangsung di belakangnya.
Facebook/Khing Hnin Wai

Seorang perempuan di Myanmar bernama Khing Hnin Wai merilis video dalam laman Facebooknya yang menunjukkan bahwa dirinya melakukan aerobik, saat konvoi kendaraan militer berlangsung di belakangnya.

Protes atas kudeta terus berlanjut

Telenor, perusahaan telekomunikasi yang berbasis di Norwegia dan beroperasi di Myanmar melalui anak perusahaannya, menyebutkan, telah mematuhi perintah tersebut tetapi meminta "perlunya dan proporsionalitas arahan tersebut".

Baca Juga: Niatnya Usut Tuntas Kasus 'Jagal Kucing' Medan, Wanita Ini Malah Ketakutan Usai Diteror Salah Satu Pelaku, Polisi: Kami Siap Jaga 1x24 Jam!

Media pemerintah sangat disensor di Myanmar, dan Facebook khususnya telah menjadi sumber berita dan informasi utama di negara junta tersebut.

Platform media sosial itu juga digunakan untuk kampanye protes kudeta.

Dan, untuk malam keempat pada Jumat (5/2), kebisingan dari jendela dan balkon kembali bergema di seluruh ibu kota komersial Yangon, saat perlawanan terhadap kudeta serta penangkapan aktivis dan politisi semakin meningkat.

Sebelumnya pada Jumat, hampir 300 anggota partai Liga Nasional untuk Demokrasi (LND) pimpinan Aung San Suu Kyi menyatakan diri mereka sebagai satu-satunya wakil rakyat yang sah, dan meminta pengakuan internasional sebagai pemerintahan.

Baca Juga: Pantas Tak Gengsi Nongkrong Santai di Pinggir Jalan Sambil Minum Es, Hengky Kurniawan Nyatanya Pernah Jalani Masa Keras di Usia Muda, Jadi Pemulung Demi Sesuap Nasi Sebelum Sukses Jabat Wakil Bupati

Mereka seharusnya mengambil sumpah pada Senin (1/5) dalam pembukaan sidang Parlemen setelah pemilihan November 2020, ketika militer mengumumkan mengambil alih kekuasaan dan menetapkan keadaan darurat selama satu tahun.

Militer menuduh Suu Kyi dan partainya gagal menindaklanjuti keluhan mereka soal kecurangan pemilu tahun lalu, meskipun komisi pemilihan mengatakan tidak menemukan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

(*)

Source :Kompas.com kontan

Editor : Grid Hot

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x