Gridhot.ID - Wabah corona memang membuat banyak orang kehilangan rejeki.
Akhirnya banyak orang pula yang kemudian berusaha banting setir demi bisa dapat sesuap nasi setiap hari.
Nyatanya banyak peluang tetap terbuka di masa pandemi.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Sandiaga Uno mengatakan beberapa sektor jadi sasaran baru para pengusaha.
"Peluang baru muncul di sektor pangan, pertanian, sektor digital, serta sektor herbal, seperti jamu ini menjadi sangat laku dan jadi jawara di tengah pandemi," ungkap Sandi.
Di sektor pangan kita bisa melihat dari jajanan yang sering kali viral dan mendatangkan banyak peminat.
Salah satunya adalah jajanan ala Korea Selatan.
Makanan dan jajanan ala Korea Selatan sudah bisa kita jumpai di sejumlah tempat. Tak cuma di pusat belanja hingga restoran saja, tetapi juga di sejumlah lokasi di pinggir jalan dengan harga yang ramah di kantong.
Salah satunya adalah Yeobo Toppoki racikan Irma Utari dari Depok, Jawa Barat. Saat membuka usaha tersebut dua tahun lalu, Irma sudah mengenal budaya Korea karena pernah bekerja di salah satu perusahaan dari Negeri Gingseng.
"Keluar dari perusahaan itu mencoba membuka usaha memakai resep dan konsep sendiri," tuturnya kepada KONTAN.
Ia membuka Yeobo Toppoki di Depok, Jawa Barat berkonsep gerobak dengan harga setengah dari harga jajanan ala korea yang ada di pusat belanja. Misalnya ia membanderol tteokbokki Rp 22.000 per porsi, odeng soup Rp 14.000, dan jajangmyeong Rp 14.000 saja.
Dengan konsep tersebut, usaha yang ia bangun dengan modal Rp 30 juta itu pun mendapat sambutan positif. Kini Irma sudah mempunyai total 37 gerai yang tersebar Depok, Jakarta, Tangerang, Cilegon, Lampung, Bengkulu, Medan hingga Sulawesi.
Baca Juga: Hendak Diperkosa Seorang Pria, Perempuan Ini Tawarkan Uang Rp 1 Juta, Begini Akhirnya
Dari total gerai yang ada, sekitar sembilan gerai yang sebagian besar berada di Depok dan Lampung merupakan milik pribadi Irma. Sisanya merupakan milik mitra waralaba. Rupanya, dirinya sudah membuka kemitraan waralaba Yeobo Toppoki sejak 2019.
Dikutip Gridhot dari Kontan, laiknya pebisnis makanan lainnya, Irma juga merasakan kesulitan saat pandemi berlangsung. Karena stok bahan baku yang kurang laku. Ia pun menyiasatinya dengan penjualan online berbentuk penganan beku.
Hasilnya, penjualan produk beku dari Yeobo Toppoki bisa mencapai Rp 180 juta sebulan. Sedangkan untuk penjualan bahan baku tteko yang terbuat dari beras sekitar Rp 250 juta - Rp 300 juta sebulan.
Dengan hasil tersebut, Irma pun berencana ingin memperluas gerai Yeobo Toppoki di daerah yang lainnya. Selain itu juga ada rencana untuk membuat inovasi produk anyar serta menambah kapasitas produksi dari Yeobo Toppoki.
Sedangkan Fitri Sholekah asal Grobogan, Jawa Tengah baru membuka Tokkubi, gerai makanan serupa Yeobo Toppoki sejak awal 2020. Sama seperti Irma, Fitri juga punya pengamalan bekerja bukan di perusahaan Korea tapi di Korea Selatan selama lebih emat tahun.
Saat kembali ke Indonesia, ia pun membuka usaha tteokbokki secara online. Tak disangka respon yang ia dapat amat positif.
Ini karena bahan baku tteokbokkinya terbuat dari labu dan ubi dan ada isian mozarella. Hasilnya, dalam sebulan ia bisa menjual 400-500 bungkus tteokbokki.
Hasil yang positif in membuat dirinya menargetkan bisa mengerek penjualan dua kali lipat di bulan berikutnya. Caranya bekerjasama dengan pemilik gudang di Jakarta dan Medan.
Konsultan usaha Djoko Kurniawan mengingatkan pebisnis makanan ala Korea untuk terus berinovasi menciptakan produk anyar.
(*)