Kedua polisi itu juga berlutut dan berbisik kepada saya bahwa mereka harus melakukannya untuk mencegah kerumunan menjadi terlalu bersemangat.
Segera setelah itu, gas air mata ditembakkan dan saya hampir mati lemas, pusing.
Saya melihat seorang pengunjuk rasa jatuh di jalan, sepertinya ditembak."
Biarawati itu mengatakan dia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang menembaki para pengunjuk rasa karena gas air mata yang berkabut.
MenurutMyitkyina News, setidaknya 2 orang dipastikan tewas dalam insiden tersebut.
Pada malam 8 Maret, pasukan keamanan memecat 200 pengunjuk rasa di kota Sanchaung, kota Yangon, menurut kantor hak asasi PBB.
Menurut Guardian, pada pagi hari tanggal 9 Maret, 200 pengunjuk rasa diizinkan meninggalkan daerah yang dikepung oleh polisi.
Pemerintah militer Myanmar terus memadamkan protes yang terjadi di seluruh negeri.
Massa pengunjuk rasa menuntut pembebasan pemimpin Aung San Suu Kyi dan memprotes kudeta pada 1 Februari.
(*)