“Pandemi Covid-19 tidak menjadi halangan pelajar kita untuk berprestasi dalam skala dunia,” ujar Tian.
Dijelaskannya, karena banyaknya jumlah peserta dan negara yang ikut, kompetisi matematika internasional ini menggunakan tiga zona waktu berbeda. Yaitu zona Asia, Eropa-Afrika, dan Amerika.
“Sehingga para peserta dari seluruh dunia tetap dapat ikut serta dengan nyaman,” katanya.
I-EMC juga dibagi menjadi tiga level yaitu Primary bagi usia 9 – 12 tahun, kemudian Junior untuk usia 13 – 15 tahun dan Senior untuk usia 16 -18 tahun.
Kompetisi ini bersifat terbuka untuk pelajar dari seluruh dunia untuk menguji kemampuan matematikanya di tingkat Internasional.
Para juara I-EMC 2021 terdiri dari juara 1,2 dan 3 dari masing-masing level sebagai absolute winner. Selain itu ada juga peraih medali emas untuk 5% peserta terbaik, medali perak untuk 10% peserta terbaik, medali perunggu untuk 15% peserta terbaik, dan honorable mention untuk 20% peserta terbaik selanjutnya.
Pemenang medali emas kategori absolute winner Gold 1 masing-masing, Rafael Kristoforus Yanto, Naina Aqeela Zahira, Charisma Pramudya Rusdiyanto, sedangkan Gold 2 adalah Michelle Aurelia Yudianto, Bama Pangestu Alfareza, Muhammad Jilan Wicaksono.
Sedangkan winner Gold 3 adalah Kelven Nathanael, Ernest Regia Achmad Chandra, semuanya dari Indonesia, kecuali Nuryagdy Hanbayev dari Turkmenistan.
Atas prestasi yang diraih siswa-siswi dari Indonesia, Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud, Asep Sukmayadi mengaku berbangga dan menyampaikan selamat untuk para peserta yang telah berpartisipasi dalam I-EMC meski di tengah pandemi.
Menurutnya, kompetisi ini juga merupakan kesempatan menimba pengalaman berharga untuk semakin mencintai matematika sekaligus ajang saling berbagi dan membangun jaringan persahabatan dunia.