Tak jarang untuk melewati jalur ini, sejumlah angkutan antar kabupaten dikawal oleh aparat keamanan. "Ada juga jalur-jalur tertentu yang harus dilalui dengan kecepatan tinggi, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, seperti penembakan atau kekerasan lain yang biasa dilakukan oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB)," tambah Amiruddin.
Daerah Segitiga Hitam
Tak heran jika tiga kabupaten itu dijuluki sebagai segitiga hitam oleh Kepolisian Daerah Papua. Ini dikarenakan banyaknya kasus penembakan disertai kekerasan yang dilakukan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Di Lanny Jaya misalnya KKB dikuasai oleh Puron Wenda dan Enden Wanimbo. Lalu di Kabupaten Puncak Jaya, KKB dikuasai oleh beberapa kelompok yakni Goliat Tabuni dan juga kelompok Yambi pimpinan Lekagak, Tengahmati Telenggen dan Kalenap Murib.
"Kelompok Yambi ini yang diduga selalu menyeberang ke wilayah Kabupten Puncak dan melakukan aksi penembakan dan kekerasan disana," kata Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw.
Polda Papua mengklaim bahwa KKB yang sering melakukan aksi kekerasan di tanah Papua tak ada hubungannya dengan suatu organisasi. Kepentingan KKB ini adalah untuk mempertahankan sebagai kelompok pengacau dan ingin tetap menunjukkan eksitensi dengan merampas senjata, menganiaya, membunuh serta melakukan kekerasan.
"Sepanjang Desember 2015-Maret 2016 sudah ada tiga catatan penembakan disertai kekerasan yang dilakukan oleh KKB. Ini tak bisa lagi dibiarkan dan harus ditindak tegas," kata Kapolda Paulus.
Operasi Khusus
Menyikapi aksi penembakan yang dilakukan KKB, Polda Papua berencana membuat operasi khusus penegakan hukum di 3 kabupaten yang dijuluki segitiga hitam tersebut. Operasi yang dimaksud hampir sama dengan operasi yang saat ini sedang berlangsung di Poso.
Apalagi, pasca kejadian di Distrik Sinak yang menyebabkan empat karyawan PT Modern Grup tewas tertembak oleh KKB, membuat Menkopolhukam Luhut Panjaitan langsung angkat bicara bahwa daerah Puncak dan sekitarnya akan dijadikan daerah operasi khusus seperti di Poso.