Sedangkan, Sakir harus mencukupi biaya hidup istri dan anak yang kini masih sekolah.
"Saya mau jadi tukang sapu atau apa, yang penting saya bisa dapat pendapatan untuk biaya anak saya sekolah," ucap Sakir dengan penuh harap.
Saat membuka dan membaca isi surat tersebut, Baim Wong tampak terenyuh.
Pasalnya, anak bungsu Sakir memohon agar Baim Wong memberikan sang ayah pekerjaan.
"Assalamualaikum om, orang yang bawa surat ini adalah ayah saya. Tolong om Baim kasih ayah saya pekerjaan karena ayah saya udah lama gak kerja, tolong ya om, soalnya saya udah mau masuk SMP tahun ini dan mbak saya udah lulus SMA pengen kuliah juga ada nenek saya sedang sakit stroke, kata nenek saya dia bahagia kalau ayah dapat kerja dari om Baim," ucap Baim Wong membaca surat bocah tersebut.
"Kami sekeluarga ngefans sama om Baim karena om orangnya suka berbagi, kami setiap malam ikut giveaway tapi belum pernah dapat," sambung Baim Wong tampak terharu.
Meski begitu, Baim Wong meminta maaf kepada Sakir karena tak bisa memberikannya pekerjaan.
Pasalnya, Baim Wong tak akan memberikan bantuan kepada orang yang sengaja datang padanya.
Baim Wong mengaku hanya akan memberikan bantuan kepada orang berdasarkan hati dan keinginannya.
"Di sini gak bisa terima kerja, kalau dibiasain orang banyak ke sini. Gak bisa," ucap Baim Wong.
"Tolong om, anak saya butuh buat sekolah," tutur Sakir.
"Makannya saya tanya, berapa?" tanya Baim Wong.
Sakir tampak tak menjawab berapa biaya yang diperlukannya untuk anak-anak sekolah.
Dikatakan Sakir, ia memang belum mengetahui secara pasti berapa yang harus dikeluarkan untuk biaya pendidikan anaknya.
"Saya belum tahu, biasa dia sampai SMA terus kuliah," kata Sakir.
Mengetahui hal tersebut, Baim Wong meminta Sakir untuk mencaritahu berapa yang harus dibayarkan terkait pendidikan anak-anaknya.
Setelah itu, Baim Wong menyuruh Sakir memberitahukannya kepada satpam.
"Kasih detailnya, butuh berapa uang sekolah berapa kasih tau ya. Sehat-sehat ya, nanti bilang ke satpam saya," ucap Baim Wong pamit.
(*)
Source | : | Tribunnews.com,TribunJakarta.com |
Penulis | : | Septia Gendis |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar