GridHot.ID - Banyak catatan militer di Indonesia yang mencatat nama Sintong Panjaitan.
Melansir TribunJambi.com, selain dikenal sebagai penasihat Presiden BJ Habibie di masanya, Sintong Panjaitan juga dikenal sebagai prajurit tangguh di Kopassus.
Dia merupakan satu diantara prajurit Kopassus yang pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus (Danjen Kopassus).
Sintong menjabat sebagai Danjen Kopassus pada Mei 1985 hingga Agustus 1987 menggantikan Brigadir Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar.
Melansir Tribun-timur.com, Sintong Panjaitan ternyata pernah menerawang nasib Prabowo Subianto 34 tahun lalu.
Ya, Sintong Panjaitan menerawang bahwa Prabowo Subianto bakal jadi Menteri Pertahanan (Menhan).
Pada saat itu, Sintong Panjaitan berpangkat Kolonel dan menjadi Komandan Pasukan Sandi Yudha/Kopassandha (kemudian berubah nama menjadi Pasukan Khusus/Kopassus) pada Mei 1985.
Sementara Prabowo Subianto berpangkat Mayor dan menjabat Wakil Komandan Detasemen 81/Anti Teror.
Menurut Surat Keputusan (SK) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Rudini, seharusnya Prabowo sudah pindah ke Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad).
SK itu diterbitkan ketika Komandan Kopassandha dijabat oleh Brigjen TNI Wismoyo Arismunandar, namun hingga serah terima kepada Sintong pemindahan Prabowo belum dilaksanakan.
"Mengapa Prabowo belum dipindahkan ke Kostrad oleh Pak Wismoyo Arismunandar," tanya Sintong kepala Kolonel Bambang Sumbodo, Asisten 3/Personel Kopassandha.
Sebagai tindak lanjut, Sintong memerintahkan Kolonel Bambang membuat surat perintah pemindahan Prabowo Subianto dari Kopassandha ke Kostrad.
Pada saat itu, Sintong tidak tahu alasan Prabowo dipindahkan ke Kostrad karena ia baru saja pindah dari Pusdik Kopassandha ke Markas Komando Cijantung, Jakarta.
Dasar yang dipakai Sintong untuk memindahkan Prabowo semata-mata melaksanakan perintah KSAD yang sudah lama disimpan di arsip Asisten Personel Kopassandha.
Setelah menerima surat perintah itu, Prabowo minta waktu untuk melapor kepada Sintong sebagai Komandan Kopassandha.
Padahal, sesuai prosedur yang berlaku pada saat itu, Prabowo hanya perlu melapor kepada Komandan Detasemen 81/Antiteror Letkol Luhut Binsar Panjaitan sebagai atasan langsung.
Namun akhirnya Sintong mempersilakan Prabowo menghadap dirinya.
Di ruang kerja Sintong, Prabowo bertanya, apa alasan dirinya dipindahkan ke Kostrad.
Menurut Sintong, dalam sejarah Korps Baret Merah belum pernah terjadi seorang anggota menanyakan kepada atasannya mengapa ia dipindahkan.
Diungkapkan, di kalangan Korps Baret Merah, komandan sangat disegani oleh anak buahnya, tidak seorang pun berani menanyakan mengapa ia dipindahkan.
Sebenarnya, menurut tradisi militer pertanyaan tentang pemindahan dari satu kesatuan ke kesatuan lain itu tidak pantas disampaikan, sehingga mengakibatkan Sintong menjadi sangat kaget dan tersinggung.
"Kamu prajurit. Saya tidak pandang kamu anak siapa. Selama kamu di tentara, kamu harus nurut aturan-aturan tentara. Kalau kamu tidak mau, kamu bisa saja keluar dari tentara lalu masuk partai," ujar Sintong kepada Prabowo, seperti terulis dalam buku 'Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando’, karya Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas, Cetakan Kedelapan, Mei 2009.
Pada saat itu, Sintong bahkan menyebut Prabowo bisa saja dikemudian hari menjabat Menteri Pertahanan.
"Mungkin di masa datang kamu bisa menjadi Menteri Pertahanan. Saya akan menghormati kamu. Itu tidak menjadi masalah bagi saya," tambah Sintong.
Ucapan itu bercermin dari seorang Letnan Angkatan Bersenjata Kerajaan Belanda yang keluar dari dinas militer, kemudian meniti karier politik dan bisa menjadi Menteri Pertahanan.
Ternyata, 34 tahun kemudian perkataan Sintong itu menjadi kenyataan.
Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan pada Kabinet Presiden Joko Widodo.
Ia dilantik menjadi Menteri Pertahanan RI pada 23 Oktober 2019.
Setelah pensiun dari TNI Prabowo bukan hanya menjadi anggota partai politik tetapi mendirikan partai yang diberi nama Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan menjadi ketua umum sejak didirikan pada 6 Februari 2008.
(*)