"Tidak mungkin saya bisa mengalahkan Lazada dan lainnya karena mereka uangnya banyak sekali. Saya mencoba menyebutnya 'gerilya sistem bambu runcing', seperti Indonesia yang bisa mengalahkan Belanda," papar lulusan Universitas Trisakti ini.
Strateginya, pertama, mengajak pemain TI mitranya yang sudah besar semuanya untuk menggunakan sistemnya.
"Semua partner saya adalah pemain TI yang senior dan terkenal, dan punya toko tetapi tidak punya sistem. Ibaratnya, mereka saya persenjatai."
"Saya yang memberi sistem. Kalau mereka tidak dipersenjatai, ya tidak bisa mengalahkan satu yang punya duit besar. Ini yang namanya melawan kapitalis. Harus ramai-ramai, bareng-bareng," katanya menjelaskan.
Strategi kedua, membuka 42 titik service center.
"Anda tahu sendiri, di marketplace lain kalau mengalami kerusakan, mesti bagaimana? Nah, semua toko kami teregistrasi," ucapnya membandingkan.
Bicara kinerja bisnis, Basuki menyebutkan, Ayooklik menjadi penyumbang terbesar bisnisnya, yaitu sekitar 70 persen.
"Revenue tahun 2018 total satu grup sekitar Rp 2 triliun. Transaksi per hari untuk Ayooklik mencapai Rp 2 miliar."
"Pertumbuhan biasanya 20 persen, tetapi tahun lalu tumbuh 40 persen. Malah, pada 2016 ke 2017 kami growing 100%. Yang membuat growing menurut saya adalah kami bisa memberikan servis yang baik, ada purnajual," katanya blakblakan.
Rencana Basuki ke depan, lebih mengembangkan Ayoomall. Selain itu, juga membuat merek sendiri bernama Before 5.
"Sudah ada clothing-nya. Karena, saya suka angka 4. Before 5 bisa juga B45, dibaca Bas/Basuki. Saya juga gamer. Di game Ragnarok saya sempat mengirim tim ke Korea. Untuk game Counter-Strike juga pernah mengirim tim ke San Francisco. Tetapi, sekarang sudah tidak ada waktu main game," kata pria yang suka membuat Vlog ini.