"Namun jika lapisan es tidak cukup cepat menipis, saat itulah ada kemungkinan runtuhnya gletser yang lebih cepat."
Para peneliti menggabungkan variabel keruntuhan es dan aliran es untuk pertama kalinya.
Mereka menemukan bahwa peregangan dan penipisan es, serta penopang dari bongkahan es yang terperangkap, dapat memoderasi efek ketidakstabilan tebing es laut yang disebabkan oleh fraktur.
Temuan baru ini menambah nuansa pada teori sebelumnya yang disebut ketidakstabilan tebing es laut, yang menyatakan bahwa jika ketinggian tebing es mencapai ambang tertentu, ia dapat tiba-tiba hancur karena beratnya sendiri dalam reaksi berantai dari patahan es.
Gletser Thwaites di Antartika yang kerap disebut sebagai "Gletser Kiamat", bergerak mendekati ambang batas ini dan dapat berkontribusi hampir 3 kaki terhadap kenaikan permukaan laut jika terjadi keruntuhan total.
Gletser kiamat di Antartika ini berukuran 74.000 mil persegi, kira-kira seukuran Florida, dan sangat rentan terhadap perubahan iklim dan laut.
Tim peneliti juga menemukan bahwa gunung es yang retak dan jatuh dari gletser utama dalam proses yang dikenal sebagai "iceberg calving" sebenarnya dapat mencegah, daripada berkontribusi, keruntuhan bencana.
Jika bongkahan es terjebak pada singkapan di dasar laut, mereka dapat memberikan tekanan balik pada gletser untuk membantu menstabilkannya.
Source | : | Kontan.co.id,phys.org |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar