"Jadi di situ kita ada beberapa keluarga tinggal satu rumah," kata Alex di Jayapura, Kamis (24/6/2021).
Alex pun bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Ia bekerja sebagai pengumpul besi tua hingga tukang bangunan yang digelutinya hampir tujuh tahun.
Pada 2005, Alex bertemu seorang kawan, Yance Awom, yang mengajaknya menjadi juru parkir.
Tidak terasa sudah 17 tahun profesi tersebut ia jalani dan kelima anaknya kini sudah bertumbuh.
Ketika mendengar bahwa anak ketiganya, Always Giving Hamonangan Tiris, mendapat penghargaan Adhi Makayasa, Alex mengaku terkejut.
Ia tak pernah membayangkan anak ketiganya itu mendapat penghargaan lulusan terbaik.
Baginya, ketika Always lulus sebagai taruna AAL pada 2017, itu sudah menjadi anugerah yang tak pernah dimimpikan.
Apalagi, anak keduanya, Aldre Bengur Tiris, sudah lebih dulu masuk ke AAL dan lulus pada 2018.
"Sampai yang dapat Adhi Makayasa itu saya tidak bisa berkata-kata, saya hanya bisa menangis bersyukur dan berdoa kepada Tuhan," kata dia.
Sebagai juru parkir, Alex mengaku terus berusaha keras. Selain itu, ia selalu bersyukur dengan penghasilan yang didapatkannya.
Rata-rata, Alex memperoleh uang sekitar Rp 300.000 dalam sehari.
Sebagian uang disisihkan untuk keperluan gereja, sebagian untuk retribusi ke Pemkot Jayapura, sisanya diserahkan kepada sang istri.
Sebagai orangtua, Alex hanya ingin anak-anaknya sekolah di tempat terbaik.
Ia bersyukur keinginan itu terwujud.
Source | : | Kompas.com,TribunPapua.com |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar