Ia menuturkan, faktor pendorong bergeraknya massa udara ini adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan yang lain dan biasanya di NTT berlangsung pada musim kemarau.
Hal ini, kata Agung, dipengaruhi garis semu matahari yang masih berada di belahan bumi utara, sehingga tekanan udara di utara (Asia) akan lebih rendah dibandingkan tekanan udara di selatan khatulistiwa (Australia).
Menurutnya, semakin tinggi selisih tekanan udara antara dua daerah, maka kecepatan gerak massa udara juga akan semakin tinggi atau cepat.
Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah.
"Fenomena angin kencang ini lebih sering terjadi pada siang hingga sore hari dan bersifat sementara," ungkap Agung.
Agung menuturkan, dampak langsung yang ditimbulkan, dapat memicu gelombang laut yang tinggi, robohnya papan reklame, baliho, dahan atau ranting pohon patah, dan dampak tidak langsung seperti meluasnya kebakaran lahan dan hutan.
Terhadap kondisi ini, Agung mengimbau masyarakat agar waspada dan lebih berhati-hati terhadap dampak langsung yang dapat ditimbulkan oleh angin kencang ini.
Source | : | Kompas.com,BMKG.go.id |
Penulis | : | Nicolaus |
Editor | : | Nicolaus |
Komentar