Fransisco merasa memiliki tanah kelahiran, yaitu Timor Leste, bahkan keluarga pun masih ada di tanah itu, tetapi dia ingin pulang ke tanah kelahirannya tidak bisa.
“Kesalahan kami adalah merampas hidup banyak orang,” katanya.
Mereka tak pernah tahu, kapan penderitaan yang selama ini mereka rasakan akan berakhir.
Adakah pemerintah Indonesia ‘menengok’ sedikit kepada mereka yang telah memilih tanah air ini?
(*)