Namun, karena keterbatasan biaya, Tukul mesti mengubur impiannya untuk menjadi seorang insinyur.
Hal itu disampaikan oleh Tukul saat berbincang-bincang dengan anak-anaknya melalui kanal YouTube, Tukul Arwana TV.
"Waktu itu pengin kuliah enggak punya duit, orang-orang pada pergi kuliah, ayah jurusannya dulu IPA, Sekolah Menengah Atas Negeri 1," kata Tukul Arwana, seperti dikutip Kompas.com.
Hingga akhirnya nasib berkata lain yang membuat Tukul mengadu nasib ke Jakarta.
"Modalnya muka Ayah kayak muka pelawak. Alhamdulillah diarahkan ke Jakarta, karena Jakarta adalah barometernya. Kalau bisa menaklukan Jakarta, bisa menaklukan semuanya, akhirnya jadi pelawak," tutur Tukul lagi.
3. Ngelawak bukan asal ngelawak
Serius untuk menjadi seorang komedian, Tukul mengaku harus mempelajari lawakannya agar lebih berkualitas. Terlebih dalam segi bertutur kata hingga bahasa yang digunakan.
"Ngelawak bukan asal ngelawak, tapi punya sopan santun, ngelawak yang punya tata karma, tata bahasa, ngelawak yang cantik dan mencerdaskan pemirsa juga," ujar Tukul.
"Ayah harus bisa belajar lagi, lebih banyak kemampuan verbal selain fisik, ayah kan dulu dianggapnya pelawak daerah, pelawak yang bisanya cuma jual muka, jual gerakan, jual kelucuan, jual pola tingkah" tambah Tukul Arwana.
Walau tak menjadi seorang Insinyur, Tukul bahagia dapat menghibur orang banyak dengan melawak.