Sebagian besar kasus TBC hanya terjadi di 30 negara, banyak di antaranya negara miskin di Afrika dan Asia. Dan, lebih dari separuh kasus baru terjadi pada pria dewasa. Wanita menyumbang 33% kasus dan anak-anak 11%.
Tujuan WHO adalah untuk mengurangi kematian akibat TBC sebesar 90%, dan tingkat kejadian hingga 80% pada 2030 dibanding 2015.
"Tetapi, angka terbaru membahayakan strategi tersebut," ungkap Tedros.
Dan, pemodelannya menunjukkan jumlah orang yang mengembangkan penyakit dan meninggal karena TB bisa "jauh lebih tinggi pada 2021 dan 2022".
Laporan WHO menyatakan, jumlah orang yang baru didiagnosis dan kasus TBC yang dilaporkan ke otoritas nasional turun dari 7,1 juta pada 2019 menjadi 5,8 juta di 2020.
India, Indonesia, Filipina, dan China adalah negara-negara utama yang mengalami penurunan kasus TBC yang dilaporkan. Mereka dan 12 negara lainnya menyumbang 93% dari total penurunan pemberitahuan global.
Pengeluaran global untuk diagnosis, pengobatan, dan layanan pencegahan tuberkulosis turun, dari US$ 5,8 miliar pada 2019 menjadi US$ 5,3 miliar setahun kemudian, menurut laporan WHO.
Sekitar 85% orang yang menderita TBC berhasil diobati dalam waktu enam bulan dengan obat yang tepat, yang juga membantu mencegah penularan penyakit ini.
(*)