Saat itu, Deep Purple digawangi David Coverdale (vokal), Ritchie Blackmore (gitar), Jon Lord (keyboards), Glenn Hughes (bas, vokal), dan Ian Paice (drum).
Tujuan Deep Purple saat itu untuk tur promosi album terbaru mereka, Come Taste the Band.
Menurut Rhoma, kedatangan Deep Purple ke Indonesia saat itu menjadi ilham tersendiri bagi banyak band di Indonesia, tak terkecuali super grup dangdut Soneta yang ia bentuk.
Menurut Rhoma, konsep, fasilitas, peralatan, dan persiapan yang ditunjukkan Deep Purple ketika mengentak stadion Gelora Bung Karno kala itu membuatnya belajar bagaimana membentuk band yang matang.
“Nah jadi karena saya terinspirasi dari band rock luar yang datang ke Indonesia saat itu, Deep Purple tahun 75, kebetulan saya juga melakukan revolusi musik yang namanya sound system, lighting system, sama dengan Deep Purple,” ucap Rhoma seperti dikutip di kanal YouTube Rhoma Irama Official, Rabu (4/8/2021).
Kata Rhoma, Soneta akhirnya melakukan hal yang sama dengan membawa berbagai keperluan dan kelengkapan alat agar bisa tampil maksimal untuk menghibur para penggemar musik dangdut.
“Itu kapasitasnya kira-kira 100.000 watt, nah sebelumnya orkes melayu kan biasanya cuma 50 watt. Nah ini semua bawaan pentas kita bawa sendiri,” kata Rhoma.
Apa yang dilakukan Rhoma Irama tak sia-sia, Soneta lantas dikenal sebagai super grup dangdut pertama dan satu-satunya yang dikenal megah dan matang saat tampil.
“Masa itu luar biasa penampilan Soneta saat itu, panggung raksasa, sound system yang ratusan ribu (watt). Nah kira-kira Soneta ingin equal (setara) lah sama Deep Purple band rock saat itu,” ucap Rhoma.