GridHot.ID - Siapa yang tak mengetahui Warkop DKI?
Melansir banjarmasinpost.co.id, Warkop DKI, grup lawak legendaris Indonesia yang mengharumkan nama 3 aktor bersejarah Wahyu Sardono, Kasino Hadiwibowo dan Indrodjojo Kusumonegoro.
Drs. H. Indrodjojo Kusumonegoro, MM yang akrab disapa dengan sebutan Indro, adalah seorang aktor dan satu-satunya anggota grup lawak Warkop yang masih hidup, sejak terkenal di era 1980-an sampai 1990-an.
Walaupun Dono dan Kasino telah tiada namun nama-namanya masih dikenang hingga masa sekarang.
Dilansir dari sripoku.com, Dono ialah salah satu pentolan grup lawak legendaris Indonesia, Warkop DKI, yang masih dikenang namanya meski telah berpulang ke hadapan sang pencipta tahun 2001 silam.
Bukan hanya lewat film-film komedinya yang ikonik, namun juga berkat keberhasilan ketiga putranya yang kembali mengharumkan namanya.
Jika sosok Dono Warkop alias Wahyu Sardono begitu dikenal berkat karakter kocaknya sebagai seorang komedian, mungkin tidak banyak orang yang tahu jika Dono juga adalah seorang dosen Sosiologi di Universitas Indonesia.
Tidak salah kalau ada orang yang bilang, “Jadi komedian itu harus cerdas”.
Beruntung, ternyata kecerdasan Dono menurun pula pada ketiga orang putranya.
Termasuk juga putra kedua Dono Warkop, Damar Canggih Wicaksono.
Dibanding kakak dan adiknya, Damar dikenal sebagai sosok yang pendiam dan gemar mencari ilmu pengetahuan.
Sejak kecil, Damar merupakan sosok yang dianggap kutu buku.
Rasa keingintahuannya sangat besar, terutama di bidang ilmu pengetahuan alam.
Meski pendiam, Damar selalu belajar lebih keras dibanding kakak maupun adiknya.
Baca Juga: Indro Warkop Mendadak Marah Besar pada 3 Pemuda yang Tiru Gaya Warkop DKI: Orang Tanpa Etika!
Beberapa hal eksentrik yang diingat oleh adiknya adalah ketika Damar duduk di bangku SMA, ia kerap mencatat rumus-rumus matematika dengan menggunakan kapur di lemari pakaiannya.
Hal ini dilakukannya agar selalu ingat dengan rumus tersebut.
Kebiasaan nyentrik lainnya adalah ia selalu memakai senter saat membaca buku dan ketika ditegur ayahnya, alasannya agar lebih fokus.
Tak menyangka kebiasaan uniknya tersebut membawa dirinya menjadi anak yang jenius.
Sementara kedua saudaranya memilih jurusan sosial di Universitas Indonesia, Damar lebih tertarik menempuh jurusan sains di Universitas Gajah Mada.
Baca Juga: Dipuji Cantik, Inilah Sosok Istri Kasino Warkop DKI yang Jarang Diketahui Publik
Tidak hanya soal karakter dan kebiasaan saja, Damar pun memiliki preferensi yang berbeda terkait jurusan perkuliahan.
Kakaknya, Andika Aria Sena, adalah seorang lulusan sarjana Broadcast UI dan kini bekerja di salah satu televisi swasta.
Sedangkan si bungsu, Satrio Sarwo Trengginas, kini menjadi seorang reporter majalah anak setelah lulus dari Sastra Belanda UI.
Keduanya sama-sama mengambil jurusan sosial dan bekerja di ranah media.
Lain halnya dengan Damar yang sedari dulunya menyukai bidang sains, lebih memilih UGM sebagai almamaternya pada 2004 silam.
Damar berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana di jurusan Teknik Nuklir pada tahun 2009 dengan predikat cum laude.
Setahun setelahnya, ia mendapat kesempatan untuk melanjutkan S2 di Swiss dan berhasil lulus pada tahun 2012 dengan mengantongi gelar summa cum laude dari Institut Teknologi Federal di Swiss atau ETHZ dan Ecole Polytechnique Federale de Lausanne (EPLF).
Kedua institut ini bergabung dalam Institut Teknologi Konfederasi Swiss (ETH).
Saat ini Damar tengah menempuh pendidikan Doktoral di Swiss dan kerap menjadi pembicara dalam konferensi internasional terkait nuklir.
Selepas kelulusannya meraih gelar master, Damar tidak berhenti dan puas sampai di situ saja.
Ia lantas melanjutkan studi S3 nya untuk menjadi seorang ahli nuklir di kampus yang sama di usianya yang tergolong muda.
Selain itu, ia juga dikenal aktif dan sempat memberikan kontribusi sebagai pembicara dalam konferensi International Topical Meeting on Nuclear Reactor Thermalhydraulics (NURETH-16), di Chicago, Illinois, Amerika di tahun 2015 silam dan beberapa acara yang serupa di Jepang.
Meski jarang terekspos, Damar sungguh menjadi sosok yang membanggakan terlepas dari banyak sosok menginspirasi di Indonesia lainnya.
Ternyata kedua kampus yang menjadi almamater Damar di Swiss juga merupakan kampus terkenal di kalangan ilmuwan seantero dunia.
Kampus EPLF via houseofswitzerland.orgETHZ dan juga EPLF merupakan universitas yang fokus dalam bidang science, teknologi, matematika dan teknik.
Untuk bisa masuk ke kampus ini, intelegensimu sangat dipertimbangkan lantaran banyak ilmuwan yang berasal dari sini, salah satunya adalah Albert Einstein.
Selain lulusan ETHZ dan EPLF, peraih nobel ini juga menjabat sebagai profesor di kampus ternama ini.
Alih-alih menjadi figur publik atau bekerja di dunia entertaintment seperti kedua saudaranya, Damar tetap fokus untuk mewujudkan impiannya sebagai seorang peneliti dan dosen ahli.
Dengan segudang prestasi yang berhasil diraih Damar hingga saat ini, ia hanya ingin meneruskan jejak ayahnya sebagai seorang dosen.
Keinginan Damar sejalan dengan akar keluarga Dono selama ini yang berada di lingkungan akademisi.
Ketika ditanya soal pekerjaan apa yang ingin ia lakoni kelak, Damar menjawab bahwa ia hanya ingin jadi dosen dan melakukan penelitian.
Dunia pendidikan dan penelitian yang cukup mulia rupanya lebih menarik perhatiannya daripada harus terjun ke dunia hiburan.
(*)