Data pemantauan secara visual dan instrumental mengindikasikan bahwa Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi.
Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava.
"Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif. Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin," tuturnya.
Saat ini tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau ditetapkan pada level II atau waspada.
Dengan status waspada tersebut, masyarakat dan wisatawan dilarang untuk mendekati kawah Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari kawah aktif.
"Masyarakat/wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 km dari kawah," tulis laporan Magma Indonesia, Kementerian ESDM.
Tak hanya itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga mengimbau warga menjauhi pantai di sepanjang selat Sunda.
"Waspada erupsi Gunung Anak Krakatau. Waspada potensi gelombang tinggi, agar menjauhi pantai Selat Sunda," bunyi pesan yang disebarkan BMKG.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Tangerang, Suwardi, membenarkan isi pesan berantai untuk menjauhi Pantai Selat Sunda itu.)