Siang hari saat ambulans yang kami panggil datang, Bapak sudah tidak ada.
Padahal sebelumnya selalu fit dan sering bepergian.
Suasana angkringan Pak Gik saat malam hari yang selalu penuh pengunjung
Kemarin-kemarin masih mengunjungi rumah-rumah anaknya,” ungkap Dwi di rumah duka.
Sejumlah kerabat dan tetangga berdatangan melayat, termasuk beberapa yang merupakan pelanggan setia.
Lantunan doa dan tadarus terdengar dari dalam rumah sederhana tersebut.
Dwi mengatakan almarhum ayahnya sudah tidak datang lagi ke angkringan sejak lima tahun terakhir ini.
“Bapak sempat mengalami kecelakaan sehingga kakinya patah.
Kemana-mana harus pakai kursi roda dan sejak saat itu jarang ke hik (angkringan),” imbuhnya.
Sejak memasuki usia lanjut, Pak Gik menyerahkan pengelolaan Angkringan Pak Gik Semarang kepada kedua anaknya hingga saat ini sejak tujuh tahun lalu.
“Saya akan terus melanjutkan usaha almarhum bapak,” tandasnya.