Kematian dokter Taofik diduga terkena serangan jantung setelah berjaga 5 hari berturut-turut di 3 rumah sakit, saat senior lain sedang cuti lebaran.
Stefanus Taopik meninggalkan seorang istri dan seorang anak berusia 1 tahun.
Dokter Taofik ini merupakan alumnus fakultas kedokteran Universitas Katolik Atma Jaya (FKUAJ), angkatan 2000.
Sementara itu, diwartakan Tribunnews.com, abar itu langsung ditepis oleh Sekjen Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Adib, SpOT yang mengatakan dr. Stefanus tidak jaga selama lima hari, melainkan 2x24 jam.
"Beliau itu bukan jaga 5 hari, tapi 2x24 jam," katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (29/6/2017).
dr Adib pun mengatakan bahwa saat jaga, dr Stefanus hanya mengatasi pasien terkait anastesi dan urgensi.
"Hanya terkait anastesi dan urgensi, maka dia harus cepat datang. Bukan seperti dokter UGD yang stand by betul di ruang emergensi," sambungnya.
Selanjutnya, jika tidak ada pasien yang membutuhkan penangannya yang bersifat genting, dr Stefanus dipersilakan beristirahat di ruang jaga yang sudah disediakan pihak rumah sakit untuk dokter yang stand by saat itu.
"Kalau tidak ada operasi, emergensi, ICU, pasien gawat di UGD terkait anastesi, dia bisa istirahat saja di kamar jaga," katanya.
Lalu, apa yang menyebabkan dr. Stefanus meregang nyawa di ruang jaga?
Memang benar serangan jantung bisa disebabkan oleh kelelahan. Tapi dalam kasus dr Stefanus, sampai saat berita ini ditulis belum ada konfirmasi lebih lanjut.