GridHot.ID - Puasa di bulan Ramadan adalah kewajiban kita sebagai seorang muslim.
Kemudian, syarat utama ibadah Puasa Ramadan ialah melaksanakannya dengan diawali niat.
Dilansir dari TribunMakassar, sebelum menjalani ibadah Puasa Ramadan, tentunya umat Muslim diwajibkan untuk berniat dahulu.
Biasanya sebagian umat muslim berniat puasa saat malam hari, usai salat Tarawih ataupun sebelum tidur.
Puasa Ramadan di sini artinya tidak hanya makan dan minum di siang hari, tapi harus juga bisa menahan diri dalam segala hal yang berkaitan dengan hawa napsu dan emosi.
Dalam ibadah puasa saat Ramadan, penyakit maag, kerap kali menjadi hal yang membuat galau penderitanya.
Padahal jika kita mau berpikir, penyakit maag erat kaitannya dengan makanan, hawa napsu dan emosi.
Nah, di Ramadan ini semua itu harus dikontrol dengan baik, semuanya sudah Allah subhanawataalla atur. Dan Dia maha tahu karena dia Tuhan yang Maha Esa Pencipta Manusia, langit, bumi dan seluruh isinya.
Jadi sejatinya penderita maag, saat Ramadan tiba haru bersyukur karena Ramadan membawa keberkahan bagi dirinya.
Untuk memahami hal tersebut, kita semua harus menyimak apa yang di paparkan Prof Dr dr H Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP dari FK UI yang memberikan materi, seperti yang dilansir GridHealth di Dokter UNAIR TV (2/04/2022).
Menurut Prof Ari, gangguan lambung atau yang dikenal dengan istilah dispepsia merupakan suatu kondisi yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut bagian atas karena asam lambung atau maag.
“Secara garis besar maag dikelompokkan menjadi dua yaitu maag fungsional yang pada saat dilakukan endoskopi ataupun USG tidak ditemukan kelainan. Kedua adalah maag organik yaitu adanya kelainan berupa luka, polip atau bahkan sampai tumor pada kerongkongan atau lambung,” jelas Prof Ari.
Seperti dipaparkan Prof Ari, angka kejadian maag fungsional mencapai 60-70 persen.
Penyebab yang sering ditemukan adalah ketidakteraturan pola makan.
Penyebab lainnya, mengonsumsi camilan yang tidak sehat sepanjang hari, seperti gorengan, cokelat dan keju.
Semuanya itu faktor pemicu gangguan lambung.
“Pengendalian diri pada saat stres atau terlalu cemas juga dapat memicu naiknya asam lambung,” ungkap Prof Ari.
Tak hany itu, kelompok maag organik, berkaitan dengan obat-obatan terutama obat rematik.
Hati-hati, mengonsumsi jamu yang mengandung obat rematik juga dapat memicu maag organik.
Lainnya, infeksi bakteri Helicobacter pylori adalah penyebab dari 20 persen kasus gangguan lambung.
Nah, dari aneka penyebab maag tersebut, Prof Ari menganjurkan untuk para penderita gangguan lambung untuk tetap berpuasa, apabila tidak dalam kategori akut.
Kondisi akut, tandasnya, ditandai dengan muntah-muntah dan nyeri yang cukup hebat.
Jika penderita maag berpuasa selama satu bulan bulan penuh di Ramadan, “Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kebanyakan orang-orang menderita penyakit maag adalah maag fungsional. Maka saat berpuasa pola makan menjadi lebih teratur, yaitu pada sahur dan berbuka,” ujar Prof Ari.
Tak hanya itu keistimewaan Ramadan lainnya bagi penderita maag, di Ramadan umat muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti sholat, dzikir dan menahan amarah.
Sehingga ibadah dapat menjadi kontrol diri yang dapat menurunkan stres.
“Sedangkan penderita maag kategori organik, puasa juga dapat menjadi alternatif proses penyembuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita maag yang berpuasa jauh lebih cepat sembuh,” jelas Prof. Ari.
Jadi penderita maag selama Ramadan adalah momentum yang tepat untuk mengatasi masalah maag yang ada.
(*)