Jumini berniat memeriksa suara itu dari balik jendela. Kejadian selanjutnya begitu cepat, yang mana rumahnya bergerak hebat dan Jumini seketika tidak ingat apapun.
“Saya tahunya semua gelap. Tidak bisa bergerak. Kaki ada yang menjepit. Saya berada di dalam sesuatu yang padat tapi berair, itu lumpur, basah semua,” kata Jumini, Rabu (6/4/2022).
Jumini mengira dirinya sudah mati. Ia berusaha keras mengingat bagaimana rumah seketika runtuh.
Ia mulai meyakini dirinya berada di dalam puing rumah. Jumini berteriak minta tolong, tapi suaranya ditelan hujan.
Sesekali kilat menyambar.
Cahaya terang itu membantu Jumini menemukan celah jalan keluar dari puing rumah.
Setelah kaki dalam lumpur lolos dari jepitan puing, ia merayap di antara celah menuju lubang seukuran badannya yang kecil.
Ia segera berlari ke rumah Wagini (57), tetangga yang hanya 20 meter dari rumahnya.
Penderitaannya belum berakhir.
Jumini harus melewati lumpur sepinggang untuk sampai ke Wagini.
Source | : | Kompas.com,tribunnews |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar