Gridhot.ID - Sanksi internasional yang dijatuhkan ke Rusia tak membuat Putin gentar.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, invasi Rusia ke Ukraina hingga kini masih belum mereda sedikitpun.
Sudah tak terhitung lagi korban jiwa yang berjatuhan akibat peperangan tersebut.
Amerika Serikat dan NATO dikabarkan ikut turun tangan dalam menanggapi konflik ini.
Bahkan aksi keduanya sampai membuat Rusia geram sendiri.
Dikutip Gridhot dari Tribun WOW, pihak Rusia menuding Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara NATO yang melakukan latihan militer besar-besaran di Arktik, Kutub Utara.
Aktivitas ini diperkirakan akan menyebabkan risiko keamanan dan risiko lingkungan yang parah.
Disebutkan juga kemungkinan terciptanya bentrokan di wilayah yang 60 persen dikuasai Rusia itu.
Dikutip TribunWow.com dari Russia Today, Selasa (19/4/2022) Moskow mengaku prihatin dengan aktivitas yang berkembang dari blok NATO yang dipimpin AS di kawasan Arktik.
Kegiatan ini diprediksi memiliki implikasi keamanan dan ekologi yang serius.
Hal ini diungkapkan seorang perwakilan senior Rusia untuk Dewan Arktik, Nikolay Korchunov, saat wawancara dengan kantor berita TASS.
"Internasionalisasi kegiatan militer aliansi di lintang tinggi, yang melibatkan negara-negara NATO non-Arktik, tidak menimbulkan apa-apa selain kekhawatiran," kata Korchunov, Minggu (17/4/2022).
"Ini meningkatkan risiko insiden yang tidak disengaja, yang selain risiko keamanan, juga dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem Arktik yang rapuh."
Blok NATO pimpinan AS diklaim telah meningkatkan kegiatannya di kawasan itu.
AS dan negara sekutunya disebut telah melakukan latihan militer yang semakin besar-besaran.
"Baru-baru ini, latihan militer skala besar lain dari aliansi itu terjadi di utara Norwegia, yang menurut kami, tidak berkontribusi untuk memastikan keamanan di kawasan itu,” kata Korchunov.
Latihan yang berlangsung pada bulan Maret tersebut melibatkan 1.500 tentara AS serta pasukan dari delapan negara NATO lainnya dan negara mitra yang berjumlah 15.000 secara total.
Latihan itu diwarnai insiden jatuhnya pesawat MV-22B Osprey milik Korps Marinir AS yang jatuh di pegunungan terpencil, menewaskan empat orang di dalamnya.
Korchunov yakin, terlepas dari aktivitas militer langsung blok tersebut, potensi ekspansinya lebih jauh ke utara menciptakan risiko tambahan bagi wilayah Arktik.
Di manan baik Swedia dan Finlandia, yang telah mempertahankan kebijakan non-blok selama beberapa dekade sambil menikmati hubungan dekat dengan aliansi yang dipimpin AS, sedang mempertimbangkan untuk secara resmi bergabung setelah konflik antara Rusia dan Ukraina.
"Ekspansi NATO dengan mengorbankan negara-negara non-blok secara tradisional tidak akan berkontribusi pada keamanan dan rasa saling percaya di Arktik, penguatan yang secara konsisten diadvokasi oleh Rusia,” ucap Korchunov.
Serangan militer Rusia skala besar yang dimulai di Ukraina akhir Februari juga telah digunakan sebagai alasan untuk mengganggu pekerjaan Dewan Arktik.
"Pada awal Maret 2022, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Islandia, Norwegia, Swedia dan Finlandia menangguhkan partisipasi mereka di Dewan, mengutip operasi militer khusus Rusia di Ukraina,” kata Korchunov.
Ia menambahkan bahwa tidak ada cara untuk melakukan pengembangan di Wilayah Arktik tanpa Rusia.
"Jelas bahwa tidak mungkin untuk secara efektif memastikan pembangunan berkelanjutan Arktik tanpa Rusia, negara yang mencakup sekitar 60% dari pantai Arktik dan merupakan rumah bagi lebih dari setengah populasi kawasan itu," pungkasnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Wow |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar