Setelah tubuhnya yang tak berdaya dibawa kembali, salat tahlil dan salat Tarawih dilanjutkan.
Setelah salat Tarawih dilanjutkan dengan salat witir, diumumkan bahwa jemaah telah meninggal dunia.
Saya tercengang. Sedih. Begitu cepat dan tiba-tiba Allah mengundangnya pulang.
Dan alangkah indahnya kematiannya... di rumah Allah, di malam Ramadhan yang penuh berkah, sambil berdoa, dan berkesempatan menyebut nama Allah. Cemburu!
Entah kenapa malam ini, saya tergerak untuk salat di Masjid Nur, Jalan Seri Pagi, Bandar Saujana Utama. Dan malam ini, istri saya cukup sehat untuk ditinggal sendirian untuk saya ke masjid.
Tentu saja kejadian ini bukanlah suatu kebetulan. Tapi punya tujuan, untuk diri sendiri dan siapa saja yang ada di masjid, jauh dan dekat. Cukup kematian itu sebagai peringatan. Mengingat orang mati adalah kenangan yang sunyi. ilustrasi - Keranda mayat yang dibalut selimut bertuliskan ayat Al Quran dengan tinta emas inilah yang menjadi kendaraan terakhir almahumah Hj Masita menuju tempat peristirahatan terakhirnya, Minggu (12/4/2015).
Ketika saya melihat saudara saya duduk menangis di samping mayat, seorang wanita (mungkin istrinya) datang dengan tergesa-gesa sambil meneteskan air mata... saya sedih. Kami sedih.
Dan kami berdoa semoga almarhumah tersenyum untuk meninggalkan dunia yang penuh fitnah ini menuju dunia yang baqa penuh dengan saadah. Kehendak Tuhan. Amin.
Gambar di bawah ini, saya ambil beberapa saat sebelum acara. Entah kenapa, hati saya tergerak untuk mengabadikan sesuatu. Tak disangka, bidadari sudah berada di depan pintu untuk merenggut nyawa sang sahabat.
Innalilahi wa innailaihi rajiun. Semoga Allah merahmati dan mengampuni jiwanya. Amin.
Kematiannya yang indah... kita? Di suatu tempat? Saya tidak tahu kapan? Bagaimana? Rahasiakan.