"Saya seorang siswa internasional dari Indonesia. Saya sedang mencari seorang papa (red: papa katsu)," demikian postingan W di situs tersebut.
"Ketika saya mengirim pesan yang meminta liputan di situs, dia bersedia menerimanya," tulis Okukubo.
Keduanya pun melakukan transfer pertukaran lewat aplikasi obrolan dan ditutup dengan panggilan suara.
Hanya tiga tahun setelah tiba di Jepang, W terdaftar di Fakultas Ekonomi di sebuah universitas swasta di Kanto (Tokyo dan sekitarnya).
"Ayah saya meminjam sekitar 2 juta yen dan mengirim saya untuk belajar di luar negeri. Jadi saya bekerja setiap hari selama tahun pertama untuk membayarnya kembali, tetapi karena Corona, pergeserannya menurun dari dua tahun lalu," ungkap W.
Selain itu menurut W, nilai mata uang yen Jepang telah melemah sehingga menjadi lebih murah selama setahun terakhir ini.
"Jadi saya tidak dapat membayar utang saya kecuali saya mendapatkan lebih banyak uang lagi.
Ketika saya dalam kesulitan, seorang gadis Jepang di universitas mengajari saya tentang situs aktivitas papa katsu tersebut," papar W lebih lanjut.
Karena perlu tambahan dana, W berpikir untuk menceburkan dirinya ke dalam kegiatan papa katsu.
Ternyata mendapatkan lebih dari yang diharapkan.
"Saya bertemu tiga pria di situs dalam "hubungan dewasa" secara teratur, dan tunjangan bulanan sekitar 250.000 hingga 300.000 yen.