Pria 61 tahun itu mengaku pernah berjualan es lilin pada tahun 1985. Es yang dijualnya seharga Rp20 itu dititipkan ke warung-warung dekat rumahnya pada pagi hari.
Kemudian sore harinya dia kembali untuk mengambil hasil dari es yang telah terjual.
Usaha itu digelutinya selama lima tahun, hingga 1990. Ayah tiga anak itu melanjutkan, dari setiap hari penjualan es lilin, ia mendapat untung Rp80. Kemudian keuntungan tersebut selalu ditabung istri hingga terkumpul Rp500.
Setelah tabungannya terkumpul, Mahmud kemudoan mencoba berdagang rumput dengan modal Rp50 ribu. Rumput-rumput itu disetor ke peternakan milik Ibu Tien, Istri Pesiden Soeahrto kala itu.
"Bertahan sampai 4 tahun, dengan untung saya dari ba'da subuh sampai sore hari itu Rp10 ribu," ucapnya.
Semua pekerjaan sudah dijalaninya. Tapi saat ini, Mahmud bekerja sebagai petani yang sehari-hari menghabiskan waktu di sawah.
"Sekarang di rumah sambil tani di kebun, di sawah gitu," katanya.
Mahmud kembali bercerita bahwa anak bungsunya, Letda Akhmad sempat gagal mengikuti tes masuk Akademi Militer.
“Dulu (gagal) pada tes psikologi. Kemudian sama ibunya, anak itu dikursusin di Magelang. Pada saat itu ditempuh sehari kursus psikologi. Alhamdulillah pada pendaftaran berikut diberikan rahmat sama Tuhan yang Maha Kuasa lulus dengan nilai yang gemilang,” ucap Mahmud sambil mengusap air mata.
Segenap tes yang dilakukan Letda Akhamd, kata dia, ditempuh secara gratis dan tanpa biaya sepeser pun.
Menyambung sang ayah, Letda Akhmad pun bersyukur atas pencapaiannya saat ini.