Ini sangat ideal untuk meluncurkan satelit orbit rendah untuk komunikasi, dengan lebih sedikit bahan bakar yang dibutuhkan untuk mencapai orbit.
Kedekatannya dengan cadangan sumber daya alam juga menjadikannya kandidat utama untuk lokasi peluncuran.
Musk berencana meluncurkan 12.000 satelit pada tahun 2026 untuk menyediakan internet murah berkecepatan tinggi melalui layanan internet Starlink.
Sumber daya alam Papua Barat yang luas termasuk tembaga dan nikel, dua logam terpenting untuk roket serta baterai jarak jauh yang digunakan dalam kendaraan listrik (EV) Tesla.
Tujuan Jokowi lainnya juga untuk memikat Tesla ke Indonesia, mempromosikan cadangan nikelnya, untuk menjadikannya produsen EV terbesar kedua di Asia Tenggara.
Jika berhasil, operasi Tesla dan SpaceX dapat lebih mempercepat ekstraksi sumber daya di Papua dan Papua Barat.
Musk mengatakan kepada pejabat Indonesia pada bulan Juli tahun lalu bahwa Tesla akan menawarkan “kontrak besar untuk jangka waktu yang lama jika Anda menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang ramah terhadap lingkungan”.
Tetapi orang Papua dan pakar lingkungan khawatir lokasi peluncuran akan semakin merusak ekosistem pulau.
“Ini pulau kecil,” kata Benny Wenda, pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) kepada Guardian. “Itu sudah merusak ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat Biak. Mereka hanya ingin hidup sederhana, tanpa kehancuran ini datang ke pulau.”
(*)