"Ketika melakukan serangan, ia bisa mengetahui titik lemahnya," tuturnya.
Apalagi, saat Yotam kabur dari kesatuannya pada Desember 2021, dia membawa satu pucuk senapan SS2-V1.
"Sangat berbahaya. Ini bisa digunakan untuk menyerang TNI-Polri," jelasnya.
Di samping itu, Stanislaus memandang ada tactical gap antara aparat keamanan dengan KKB.
"Ini menjadi berat ketika banyak situasi yang menguntungkan KKB. Ada tactical gap namanya. KKB lebih kenal medan, mereka menguasi hutan, geografis. Perlu usaha lebih keras agar aparat keamanan memenangkan tactical gap ini," sebutnya.
Supaya mempersempit ruang gerak Yotam, Stanislaus memandang aparat perlu menguatkan intelijen, sehingga memperoleh data yang akurat.
Tak hanya itu, dia menilai aparat perlu bekerja sama dengan masyarakat sekitar.
"Selain itu, aparat juga perlu lebih melakukan pendekatan ke masyarakat, dialog ke masyarakat. Aparat perlu menggalang masyarakat," terangnya.(*)