Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Bharada Richard Eliezer atau Bharada E yang terlibat baku tembak dengan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J) sudah diperiksa Komnas HAM.
Dalam pemeriksaan itu, Bharada E tanpa didampingi pejabat Polri.
Ternyata para jenderal bintang 3 Polri sudah sepakat begini. Foto ajudan Ferdy Sambo jadi sorotan.
Dilansir dari Fotokita pada 27 Juli 2022, pada Selasa (26/7/2022) Komnas HAM memeriksa ADC atau ajudan Irjen Ferdy Sambo di kantornya.
Pemeriksaan ini digelar untuk meminta keterangan soal insiden baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Dalam pemeriksaan itu, Bharada E akhirnya muncul setelah melewati jam makan siang. Bharada E tiba di kantor Komnas HAM sekitar pukul 13.25 WIB.
Pantas Bharada E diperiksa tanpa didampingi pejabat Polri, ternyata para jenderal bintang 3 sudah sepakat begini. Foto ajudan Ferdy Sambo jadi sorotan.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam sudah menjelaskan agenda pemeriksaan ajudan Ferdy Sambo sehari sebelumnya.
"Besok (hari ini) agendanya adalah memanggil untuk meminta keterangan dari ADC Irjen Sambo," kata Anam, Senin (25/7/2022).
Anam menjelaskan, pemeriksaan berlangsung mulai pukul 10.00 WIB. Seluruh ajudan Ferdy Sambo, termasuk Bharada E, juga dipanggil untuk dimintai keterangan
"Semuanya (termasuk Bharada E).Ya (jam 10) dari pagi pokoknya sampai selesai," sebut Anam.
Dikutip dari Tribunnews pada 27 Juli 2022, Komnas HAM memastikan pemeriksaan Bharada E dan ajudan Irjen Sambo lainnya diperiksa terpisah satu sama lain tanpa pendampingan pejabat Polri.
Choirul Anam menyebutkan, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan dan sejumlah pejabat dari Irwasum Polri mengantarkan Bharada E dan ajudan Ferdy Sambo lainnya ke Komnas HAM.
Tetapi ia memastikan pemeriksaan Bharada E dan ajudan lainnya tanpa pendampingan dari pejabat Polri tersebut.
"Apakah beliau-beliau (Karopenmas dan Irwasum) yang mendampingi ini ikut di dalamnya? Tidak ikut sama sekali," tegas Anam dalam konferensi pers di Komnas HAM, Jakarta, Selasa (26/7/2022).
Anam menerangkan, pemeriksaan terhadap Bharada E dan ajudan Irjen Sambo yang lainnya juga dilaksanakan secara terpisah.
Pemeriksaan para ajudan tersebut tidak dilakukan dalam satu ruangan.
"Kami akan ceritakan beberapa hal penting. Bagaimana proses kami melakukan pemeriksaan, jadi sejumlah orang itu kami lakukan pemeriksaan secara terpisah, jadi tidak dalam ruangan yang sama," papar Anam.
Pemeriksaan terpisah ini penting dilakukan agar Komnas HAM mendapatkan kekayaan informasi terkait kematian Brigadir J berdasarkan keterangan para ajudan yang diperiksa.
"Ini penting kami sampaikan agar kami juga mendapatkan berbagai kekayaan informasi yang diperlukan," ujarnya.
Anam menekankan kembali pemeriksaan para ajudan dilakukan secara terpisah oleh anggota tim dari Komnas HAM.
"Jadi saya ulangi, tadi kami memeriksa tidak dalam satu ruangan yang sama, tetapi terpisah masing-masing orang dimintai keterangan oleh masing-masing anggota tim kami," tegas Anam.
Anam mengapresiasi Polri yang memberikan keleluasaan kepada Komnas HAM dalam melakukan pemeriksaan terhadap para ajudan tersebut.
"Jadi memang itu otoritasnya Komns HAM dan kami dikasih keleluasaan yang sangat besar. Jadi terima kasih kepada teman-teman kepolisian," tuturnya.
Pantas Bharada E diperiksa Komnas HAM tanpda didampingi pejabat Polri, ternyata para jenderal bintang 3 sudah sepakat begini.
Foto ajudan Ferdy Sambo jadi sorotan saat mendatangi Komnas HAM. Ada lima orang yang datang bersamaan pada Selasa pagi.
Kelimanya memakai baju yang sama, kemeja putih dengan celana panjang cokelat.
Kesepakatan para jenderal bintang 3 Polri terkait insiden baku tembak Brigadir J dan Bharada E diungkap oleh peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Profesor Hermawan Sulistyo.
Prof Kikiek, sapaan akrabnya, percaya akan kinerja tim khusus kasus tewasnya Brigadir J bentukan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Dasar kepercayaan Prof Kikiek adalah pernyataan para perwira tinggi bintang tiga Polri yang terlibat dalam tim tersebut.
"Sekarang publik percaya sajalah, karena yang saya dengar para bintang tiga yang jadi anggota tim itu ngomong, 'Kami tidak mau akhir ujung karier kami ini terganggu (karena kinerja di kasus tewasnya Brigadir J)'.
Jadi mereka pasti bekerja benar, dan ini pernyataan bagus bahwa mereka sebentar lagi mau pensiun, terus mereka mau belain apa, ya sudah nggak ada beban," beber Prof Kikiek kepada wartawan, Senin (25/7/2022).
"Kalau (misalnya) dia nipu-nipu publik, dia mau dapat apa? Duit? Jumlahnya berapa? Ada prinsip 'kita itu bisa nipu satu orang selama-lamanya, kita bisa nipu semua orang pada satu waktu, tapi kita nggak bisa nipu semua orang selama-lamanya'," sambung pria yang juga merupakan salah satu penasihat Kapolri ini.
Prof Kikiek menyayangkan bila kinerja Polri yang dinilai baik pada sejumlah hasil survei tercoreng karena kasus ini.
"Hasil berbagai survei kan Polri ini sudah bagus image-nya, kinerjanya bagus, eh tiba-tiba ada satu kayak begini, kan rusak semuanya," ucap Prof Kikek.
Dia pun menilai kasus penembakan yang menewaskan Brigadir J termasuk level kejahatan jalanan.
Dia membandingkan kasus ini dengan kasus penembakan istri anggota TNI di Banyumanik, Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang terjadi pekan lalu, Senin (18/7/2022).
"Ini kasus biasa saja sebetulnya. Yang jadi luar biasa itu ya penjelasan di awalnya. Itu TNI nembak istrinya saja sebentar selesai, kok. Dari awal, jika kasus ini ditangani sesuai prosedur-prosedur penanganan street crime, sudah kelarlah. Ini kan nggak ada yang diuntungkan, jadi cepat diselesaikan," tutur dia.
(*)