Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID -Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pada Rabu (21/9), keputusan Presiden Vladimir Putin tentang mobilisasi parsial akan memanggil 300.000 personel tambahan untuk bertugas dalam operasi militer di tengah konflik Rusia dan Ukraina.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan Kontan.co.id, 23 September 2022, dalam sebuah wawancara dengan televisi Pemerintah Rusia, Shoigu mengungkapkan, para siswa dan mereka yang bertugas sebagai wajib militer tidak akan dipanggil, dan mayoritas dari jutaan pasukan cadangan Rusia tidak akan direkrut guna bantu konflik Rusia dan Ukraina.
Menurut Shoigu, panjang "garis kontak" di Ukraina lebih dari 1.000 km, dan tujuan utama mobilisasi adalah untuk membantu mengamankan wilayah di belakang garis depan dan di garis depan dalam konflik Rusia dan Ukraina.
Dalam pengakuan yang jarang tentang kerugian militer negeri beruang merah, Menteri Pertahanan Rusia mengungkapkan, hampir 6.000 tentara Rusia tewas di Ukraina sejak intervensi militer pada Februari lalu.
"Kerugian kami untuk hari ini adalah 5.937 orang tewas," kata Shoigu dalam pidato yang disiarkan televisi, seperti dikutip Reuters, seraya menambahkan, Rusia "tidak terlalu banyak memerangi Ukraina melainkan Barat secara kolektif" di Ukraina.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 23 September 2022, Indonesia berharap senjata nuklir tak digunakan dalam perang Rusia-Ukraina.
Pernyataan Pemerintah Indonesia ini muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan menggunakan senjata nuklir di Ukraina jika Barat terus ikut campur dalam konflik tersebut.
“Saya rasa Indonesia dan negara-negara dunia pada umumnya berharap konflik bisa mencapai satu solusi dan dijauhkan dari penggunaan senjata nuklir,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah dalam konferensi pers yang diadakan secara daring pada Kamis (22/9/2022).
Faizasyah berpandangan dunia harus belajar dari pengalaman tentang betapa destruktifnya dampak penggunaan senjata nuklir dalam Perang Dunia II—sehingga tidak mengulanginya dalam konflik apa pun.