Gridhot.ID - Innalillahi wa innailaihi rojiun, tragedi kanjuruhan kini sedang menjadi sorotan publik.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, dilaporkan tragedi Kanjuruhan yang terjadi usai laga Persebaya vs Arema FC tersebut membuat sekitar 129 suporter meninggal dunia (konfirmasi gubernur Khofifah pada pukul 10.48 WIB).
Tragedi Kanjuruhan menjadi kerusuhan stadion paling mematikan kedua di dunia dalam sejarah sepak bola seantero bumi.
Kekalahan Arema FC menjadi awal mula para fans mulai melompat memasuki area lapangan.
Dalam kejadian tersebut dilaporkan kerusuhan merembet hingga ke luar stadion.
Mobil polisi di luar area stadion jadi sasaran amuk masa.
Dalam beberapa video yang beredar nampak petugas keamanan menembakkan gas air mata saat kericuhan terjadi.
Diduga asap gas air mata ini membuat suporter panik menyelamatkan diri hingga akhirnya sesak napas dan pingsan bahkan hingga meninggal dunia.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menegaskan, tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, bukanlah bentrokan suporter.
Dalam pertandingan Arema FC melawan Persebaya itu, Mahfud mengatakan umumnya korban meninggal karena desak-desakan, saling himpit, terinjak-injak, dan sesak nafas.
"Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar suporter Persebaya dengan Arema. Sebab pada pertandingan itu suporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Suporter di lapangan hanya dari pihak Arema,” tegas Mahfud dalam keterangannya, Minggu (2/10/2022).
Mahfud mengaku telah mendapatkan informasi terkait tragedi tersebut dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan sudah berkoordinasi dengan Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
Menurut Mahfud, pihak aparat sudah mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan.
Misalnya, pertandingan agar dilaksanakan sore, bukan malam hari.
Selain itu, aparat keamanan juga meminta agar jumlah penonton disesuaikan dengan kapasitas stadion, yakni berjumlah 38.000 orang.
“Tapi usul-usul itu tidak dilakukan oleh panitia yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan tiket yang dicetak jumlahnya 42.000,” ungkap Mahfud.
Selain itu, Mahfud memastikan Pemerintah Kabupaten Malang menanggung biaya rumah sakit bagi korban.
Ia juga menyampaikan pemerintah menyesali dan turut bela sungkawa atas tragedi ini.
Mahfud berharap keluarga korban bersabar dan terus berkoordinasi dengan aparat dan petugas pemerintah di lapangan.
Mahfud menambahkan, pemerintah telah melakukan perbaikan pelaksanaan pertandingan sepak bola dari ke waktu dan akan terus diperbaiki.
“Tetapi olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat luas ini kerap kali memancing para suporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba,” imbuh dia.
(*)