Adapun misi dan visi, pria yang juga pakar pengembangan wilayah itu menjelaskan, bagaimana nanti ke depannya Jenderal TNI Andika Perkasa dapat menjadi presiden republik Indonesia 2024 - 2029.
"Kami juga meminta saat ini kesedian dari pada Jenderal TNI Andika Perkasa," tuturnya.Terkait koalisi, Saragi menyebut gerakan ini masih terlalu awal dan belum berkualisi dengan parpol.
Sejauh ini, kata dia, yang sudah dilihat ada beberapa parpol yang mengajukan ketokohan Jenderal TNI Andika Perkasa.
"Adapun lembaga-lembaga survei sebelumnya juga sudah memberitahukan pada kita bahwa nama beliau masuk dalam radar perhatian beberapa partai politik. Tetapi yang kita inginkan sebenarnya murni bahwa kita memilih calon yang berintegritas," ujar Hendrawan Saragi.
Menanggapi munculnya relawan-relawan yang mendukung Jenderal TNI Andika Perkasa sebagai cawapres, Saragi mengatakan memang saat ini ada kekurangan dalam praktik sistem pemerintahan yang selama ini bahwa calon wakil presiden itu (sistem pencalonan) atau dalam prakteknya wakil presiden itu dianggap sebagian orang tidak ada pekejaannya.
Untuk itu, perlu berbagi kewenangan dalam sistem pemerintahan.
"Jadi, posisi cawapers harus dipandang strategis yang terpenting ide-ide ataupun hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dapat dijalankan demi kesejahteraan masyarakat," pungkas alumni sekolah manajemen kota di Rotterdam itu.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Kompas.com, 18 Juni 2022, beberapa waktu lalu, Partai Nasdem sempat mengumumkan tiga nama calon presiden (capres) berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2022.
Tiga nama tersebut adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
Dari tiga nama itu, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memilih Anies Baswedan sebagai sosok yang diusung partainya.
Jenderal Andika Perkasa merupakan Panglima TNI yang baru dilantik pada November 2021, menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.