Laporan Wartawan Gridhot.ID - Akhsan Erido Elezhar
Gridhot.ID - Penyebab insiden satu keluarga tewas di Jakarta Barat hingga kini masih menjadi misteri.
Dilansir Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunJatim, 16 November 2022, empat orang dalam satu rumah di Perumahan Citra Garden Extension, Kalideres, Jakarta Barat meninggal dunia, awalnya diduga karena kelaparan.
Pasalnya jasad korban R (71), M (58), D (40) anak R dan M, serta adik dari pasutri itu B (69), ditemukan sudah membusuk.
Namun dugaan tersebut dibantah oleh kerabat korban.
Terlebih mengingat aset miliaran yang dimiliki satu keluarga tewas di Jakarta Barat ini, tak mungkin mereka meninggal dunia karena tak mampu membeli makanan.
Kini, satu keluarga tewas di Jakarta Barat diduga menjadi anggota sekte tertentu.
Satu persatu kejanggalan dari insiden ini pun disorot.
Dessi, salah satu warga ungkap foto terakhir yang dikirim salah satu korban tewas di Kalideres tersebut.
Tetangga korban, sempat mendapat WA dari salah satu keluarga yang tewas, bernama Margaretha.
Baca Juga: 3 Weton Titisan Khodam Bolo Sewu Ini Konon Ditakuti Makhluk Ghaib, Apakah Kamu Salah Satunya?
Dalam pesan WhatsApp tersebut, keluarga ini rupanya melarang orang luar masuk ke rumahnya.
"Kamu gausah datang lagi ke sini," ujar Dessi mengulang ucapan yang pernah diucapkan Margaretha kepada kader juru pemantau jentik (jumantik) yang tiap bulan rutin mengecek rumah warga Perumahan Citra Garden Extension, Kalideres sebagaimana dilansir dari Youtube Official iNews, Senin (14/10/2022).
Kata Dessi, ucapan dari Margaretha itu disampaikan melalui whatsapp kepada kader jumantik pada pertengahan September 2022 atau dua bulan sebelum satu keluarga di Kalideres itu ditemukan tewas membusuk.
"Tanggal 19 September kader jumantik dapat whatsapp dari istrinya (Margaretha) kirim foto lagi periksa air (kamar mandi).
"Dia bilang kamu gausah datang lagi ke sini karena sudah kirim foto, selanjutnya cukup tanda tangan aja," ujar Dessi.
Disampaikan Dessi, sejak dahulu satu keluarga yang tewas membusuk itu memang dikenal tertutup dengan warga.
Dia pun hanya sekedar bertegur sapa jika bertemu keluarga itu di jalan.
"Ketemu di jalan si nyapa, tapi gapernah komunikasi dengan baik," ujar Dessi.
Menurut Dessi, satu keluarga di Kalideres itu baru terlihat gelagat anehnya sejak Agustus 2022 lalu.
"Terakhir interaksi dengan kader jumantik sekitar awal Agustus.
Kader jumantik datang ke rumahnya dan ditemui suaminya ga boleh masuk," kata Dessi.
Saat melarang kader jumantik untuk masuk ke rumahnya, Dessi menyebut berdasarkan informasi dari kader jumantik bahwa suami Margaretha raut wajahnya begitu murung.
"Ketemu suaminya awal Agustus seprti orang murung dan stres," kata Dessi.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan Tribunnewsmaker, 13 November 2022, diduga, satu keluarga tewas di Jakarta Barat ini karena kelaparan, tak makan selama tiga minggu.
Hal itu diungkapkan polisi berdasarkan hasil autopsi para korban.
Namun dugaan tersebut dinilai tak mungkin oleh beberapa pihak.
Sebab, keluarga tewas di Jakarta Barat ini memiliki aset bernilai miliaran rupiah.
Informasi aset satu keluarga tewas di Jakarta Barat ini disampaikan tokoh pemuda Jakarta Barat, Umar Abdul Aziz.
Ia menyebut, keluarga tersebut memiliki aset miliaran.
Angka tersebut berasal dari taksiran harga rumah yang ditempati keluarga itu di Perumahan Citra Garden 1.
Apalagi disebut bahwa keluarga itu juga memiliki mobil.
Karenanya, dia tak yakin jika satu keluarga di Kalideres itu meninggal karena kelaparan.
“Saya tidak yakin di DKI Jakarta ini meninggal karena kelaparan.
Kalau dilihat dari segi rumah yang tinggal di kawasan komplek, tidak mungkin dia tidak makan,” terang Umar, Sabtu (12/11/2022).
Hal serupa disampaikan oleh Handoyo, kerabat korban.
Ia menerangkan, kondisi perekenomian keempat korban tidak tergolong sulit.
"Keluarga saya itu tidak terlalu sulit, jadi bukan kelaparan.
Kemungkinan karena dia terlalu tertutup saja tidak berinteraksi kepada siapapun, kalau memang dia kelaparan pasti dong bisa menghubungi keluarga," ujar Handoyo selaku ipar dari istrinya korban ibu RM.
Sementara, Ris Astuti selaku adik dari korban RM mengaku bahwa korban sangat tertutup bukan hanya ke orang lain termasuk ke keluarganya sendiri.
Sebagai adiknya saja, Ris mengaku dirinya terakhir komunikasi dengan korban sekitar 5 tahun yang lalu.
"Saya selaku adik korban saja jarang komunikasi, apalagi sama orang lain, korban terlalu tertutup," ucapnya.
Ia berhubungan paling hanya sekedar memberikan ucapan ulang tahun saja. Ia dengan adiknya (korban) RM ini tidak ada masalah.
"Kami sering guyon lah ibarat layaknya seperti kakak dan adik," katanya.
(*)
Source | : | tribunnewsmaker,TribunJatim |
Penulis | : | Akhsan Erido Elezhar |
Editor | : | Dewi Lusmawati |
Komentar