GridHot.ID - Ghibah adalah menggunjing, membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan mereka.
Dalam Islam, ghibah adalah perbuatan yang sangat dilarang karena berisiko menimbulkan fitnah.
Tersebarnya berita-berita bohong dapat menciptakan kerusakan yang besar.
Melansir tribunkaltim.co, ghibah artinya membicarakan mengenai hal negatif atau positif tentang orang lain yang tidak ada kehadirannya di antara yang berbicara.
Dari segi istilah, Ghibah berarti pembicaraan antar sesama muslim tentang muslim lainnya dalam hal yang bersifat kejelekkan, keburukan, atau yang tidak disukai.
Bedanya dengan dusta, sesuatu yang diperbincangkan dalam Ghibah memang benar adanya.
Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya;
"‘Tahukah kalian, apakah itu Ghibah? Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai. Salah seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku? Rasulullah SAW menjawab, jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah meng Ghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya." (H.R. Muslim)
Dilansir dari Bangkapos.com, membicarakan aib orang lain atau ghibah saat ini nampak biasa dilakukan.
Namun, apakah anda tahu hukum orang yang suka melakukan ghibah?
Ustadz Abdul Somad menerangkan bahwa orang yang melakukan ghibah seperti seseorang yang memakan bangkai saudaranya sendiri.
"Maukah kamu memakan bangkai saudaramu, tentulah kamu benci. Siapa yang makan bangkai, bicarakan aib orang lain, setop," ujar Ustadz Abdul Somad seperti dikutif dari channel Tanya Ustadz Somad.
Dijelaskan Ustadz Abdul Somad tak ada gunanya membicarakan aib orang lain.
Lebih baik menurutnya, seseorang memperbanyak zikir dan berhenti membicarakan aib orang lain.
"Perbanyak zikir, janganlah membicarakan orang lain, setop," tegasnya.
Tak hanya itu, Ustadz Abdul Somad menerangkan bagaimana aturan atau adab bertetangga.
Hendaknya hal tersebut tidak dilakukan karena akan merugikan orang lain dan diri sendiri.
"Berbahagialah orang yang sibuk mengurus aibnya sehingga tak sempat mengurus aib orang lain, berbahagialah orang yang sibuk mengurus cacat dirinya, sehingga tak sempat menengok cacat orang lain.
Berbahagialah orang yang mengurus suaminya, sehingga tak sempat menengok suami orang lain, berbahagialah orang yang mengurus istrinya, sehingga tak sempat menengok istri orang lain," ujarnya.(*)
Source | : | Tribunkaltim.co,Bangkapos.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar