Buku rekapan itu terdiri dari nomor, nama, alamat dan besarnya uang yang disumbangkan kata sumber Tribun Jogja warga setempat.
Untuk besarnya sumbangan ditulis sendiri oleh si pemilik hajat, ketika acara sudah selesai.
Ia tinggal mengurutkan nomor urut di amplop dan buku rekapan, lalu memasukkan besarnya sumbangan masing-masing tamu.
Cara ini diyakini dapat mendatangkan dua manfaat.
Selain untuk menjadi pengingat pemilik hajatan ketika kelak akan menyumbang ke pemberi amplop, ini juga sangat membantu untuk mengetahui apakah ada amplop yang hilang atau tidak.
Masyarakat setempat meyakini, amplop yang hilang bisa karena terselip, atau bisa juga dibawa oleh tuyul.
Tidak hanya amplop uang, barang-barang yang dibawa ibu-ibu saat akan menyumbang seperti gula dan teh juga dicatat.
(*)