Gridhot.ID - Peperangan Rusia dengan Ukraina masih terus berlangsung dan tak diketahu bagaimana akhirnya.
Rusia sendiri melakukan berbagai manuver untuk menekan Ukraina.
Rusia bahkan juga melakukan beberapa tindakan ekstrem untuk menekan para pendukung Ukraina.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, strategi paling mengegerkan Rusia baru-baru ini adalah rencana pelarangan ekspor minyak ke negara-negara G7.
Padahal Rusia sendiri merupakan pemasok minyak dunia kedua setelah Arab Saudi.
Jika pelarangan tersebut terjadi, maka pasokan minyak dunia akan terganggu bahkan sampai mempengaruhi Indonesia.
Memang, perang yang berkecamuk di Ukraina sudah berlangsung sejak 24 Februari 2022.
Dikutip Gridhot dari Tribunnews, per hari ini, Rabu (28/12/2022), perang sudah memasuki hari ke-308.
Tanpa dukungan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE), upaya pertahanan Ukraina kemungkinan besar tidak akan bertahan lama seperti saat ini.
Tetapi berapa banyak dukungan yang diterima Ukraina?
Dilansir Al Jazeera, pekan lalu, Presiden AS Joe Biden menjanjikan lagi bantuan untuk Ukraina.
Baca Juga: Primbon Jawa Meramalkan Bakal Jadi Pertanda 4 Kabar Baik, Simak Arti Kedutan di Alis Kanan Ujung
Kali ini senilai, Washington mengucurkan 45 miliar Dolar Amerika.
Paket bantuan tersebut masih dirundingkan dengan Kongres AS.
Jika proposal tersebut disetujui, itu akan menjadi paket bantuan keempat dari Amerika untuk Ukraina.
Total uang yang dialokasikan untuk Ukraina sejak Februari hampir mencapai 100 miliar Dollar Amerika atau sekitar lebih dari Rp1,5 biliun.
Dengan banyaknya jumlah uang yang dikucurkan Amerika, Perwakilan Republik Marjorie Taylor dari Rusia mengklaim bahwa Ukraina telah berubah menjadi perang proksi yang dilakukan AS dan melawan Moskow.
Surat kabar Inggris, The Independent juga menerbitkan opini serupa, berjudul: "Saatnya berhenti berpura-pura apa yang terjadi di Ukraina semua adalah perang proksi AS."
Sementara itu, pakar lain berbeda pendapat.
"Ini jelas bukan perang proksi," kata Dosen Politik dan Hubungan Internasional di University of Reading, Vladimir Rauta, kepada Al Jazeera.
"Perang proksi adalah perang tidak langsung, seringkali dilakukan secara terselubung, dapat disangkal, dan di luar batas hukum internasional," jelasnya.
"Kemitraan AS-Ukraina adalah kasus klasik bantuan bilateral militer dan ekonomi," imbuhnya.
“Satu-satunya [perang] proksi adalah yang dilancarkan Rusia melawan Ukraina sejak 2014 ketika Rusia mulai mendukung, melatih, dan secara diam-diam membantu kelompok separatis di Donbas," jelasnya.
(*)