Pesan ini disampaikan dengan keluarga dengan cara bercanda.
"Ya bapak itu sudah pesen sama banyak orang, jadi sebelum bapak tindak (meninggal) sudah kaya pesen dengan bercandanya nanti kalau aku ra ono (tidak ada) kremasi wae (saja) ya. Sudah lama banyak yang sudah tahu," ungkapnya.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jogja, Hal senada disampaikan murid didik Bondan Nusantara lainnya, Thomas Rian Jati Purnomo. Ia mengatakan, mengenal Bondan Nusantara sejak menimba ilmu di SMKI dan berlanjut di Tim Pengembangan Kethoprak (TPK) DIY.
"Pak Bondan merupakan guru yang sangat saya hormati, karena beliau yang mengajarkan saya budaya kethoprak, kedisiplinan dalam berproses, dan melakukan apapun itu dengan ikhlas. Pesan itu yang terus saya pegang teguh," ujarnya.
Anak didik lainnya, Petrus Loyal Bilyarta Martono mengungkapkan bahwa semalam, Selasa (19/4), ia masih bertemu dengan Bondan Nusantara untuk berlatih mempersiapkan agenda pementasan kethoprak "Nagih Janji" yang rencananya akan digelar 11 Mei 2022 mendatang, di Taman Budaya Yogyakarta.
"Mungkin pertemuan semalam merupakan perpisahan, pamit dari beliau," sambung Petrus.
Bondan Nusantara sudah aktif mengikuti kethoprak keliling 'Dahono Mataram' semenjak lulus SMP tahun 1970.
Bakatnya diturunkan dari ibunya yang menjadi pemain kethoprak legendaris.
Bondan belajar menulis naskah kethoprak dari Handung Kussudarsana pada tahun 1980.
Naskahnya telah dimainkan dan disiarkan di beberapa radio di Yogyakarta, di antaranya di Rasia Lima, Retjo Buntung, dan MBS Kotagede.
Dia juga menulis naskah kethoprak sandiwara di TVRI sampai dengan 1999.
Dia juga menjadi sutradara dan penulis naskah untuk Komunitas Seni Dagelan Mataram Baru.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jogja |
Penulis | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Editor | : | Angriawan Cahyo Pawenang |
Komentar