Selama masa studinya di Melbourne, ia melanjutkan menulis jurnalistik dengan bekerja sebagai produser Radio Australia, Melbourne (2001-2004).
Ia juga bekerja sebagai spesialis program radio/produser pada Radio Jepang NHK World, Tokyo (2004 - 2008).
Selama periode tersebut, pada 2006 ia menjadi kolumnis untuk "Nytid News Magazine", Norway, dan masih berhubungan dengan majalah tersebut hingga saat ini.
Ia memulai kariernya sebagai penulis dan jurnalis, dan terlibat pada beberapa proyek independen, seperti "Panyingkul!" (www.panyingkul.dom) yang didirikan pada 1 July 2006, suatu media online yang memperkenalkan konsep "citizen journalism", yang berbasis di Makassar.
Ia mencurahkan sebagian waktunya mengelola media independen ini, selain menulis artikel untuk media di dalam dan luar negeri.
Buku kumpulan cerpen pertamanya, Makkunrai, terbit bulan Maret 2008 (Nala Cipta Litera) yang kemudian menginspirasinya menggelar pendidikan kesadaran jender, korupsi, poligami, dan politik dari perspektif perempuan, melalui karya sastra dan pertunjukan monolog yang diberi nama "Makkunrai Project", yang digagas bersama penulis dan pemonolog, Luna Vidya.
Pada bulan September 2008, Maiasaura, buku kumpulan cerita yang kedua diterbitkan oleh Panyingkul!, berdasarkan kumpulan jurnal, berita, dan dokumen dari organisasi wanita non-pemerintah, laporan-laporan organisasi hak asasi manusia dan berbagai media lainnya.
Kemudian Lily menulis kumpulan cerita pendek berjudul "Ruang Keluarga", yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris "Family Room", bersama dengan Makkunrai dan Maiasaura oleh Yayasan Lontar sebagai bagian dari Seri "Modern Library of Indonesia."
Cerita pendeknya, Dapur ("The Kitchen"), dipublikasikan pada edisi Januari 2009 oleh jurnal "Words without Borders" yang berbasis di Chicago.
Pada tahun 2009, ia menjadi pembicara utama panel dengan topik "Global Journalism and Organizing" pada Konperensi tahun 2009 "Women, Action & The Media" di Cambridge.
Pada tahun 2010, ia mendirikan rumah budaya "Rumata Artspace" sebagai proyek bersama dengan sutradara film Riri Riza. "Rumata", yang berarti rumah kita dalam bahasa Bugis-Makassar, bertujuan sebagai forum independen untuk perkembangan seni dan budaya di Makassar dan kebangkitan tradisi sastra Sulawesi Selatan.