Dalam video itu, pilot asal Selandia Baru itu memberi kabar kondisinya dan pesan kepada keluarga yang menyentuh.
"Maria dan Jacob aku menyayangi kalian dan sangat merindukan kalian, setiap hari saya selalu memikirkan kalian," kata dia.
Sementara aparat Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz saat ini sedang menyelidiki kebenaran video tersebut.
Video itu diketahui disebar pertama kali olah Juru Bicara TPNB-OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka) Sebby Sambom.
Dikutip Gridhot.ID dari artikel terbitan TribunSulbar, 12 Maret 2022, sementara itu, pemerhati Isu-isu Strategis dan Global Prof Imron Cotan menilai tuntutan para penyandera Pilot Susi Air Philip Mehrtens yang ingin menukar kebebasan sanderanya dengan kemerdekaan Papua, adalah tuntutan di luar nalar.
Bila tuntutan semacam ini dipenuhi, maka akan muncul banyak negara merdeka baru sebagai buah dari tindak penyanderaan.
Dalam Webinar Moya Institute yang bertajuk "Penyanderaan Pilot Susi Air pada Jumat (17/3/2023) ia mengatakan tidak mungkin pemerintah Indonesia, sebagai negara besar dan berdaulat menuruti tuntutan semacam itu.
Prof Imron menjelaskan, jika sandera terlalu lama disandera akan ada empati dan simpati dari tersandera kepada KKB Papua.
Faktor itulah, sambung dia, yang kemudian dilihat Panglima TNI sehingga membuat upaya untuk membebaskan bisa menjadi lebih complicated dan sulit karena yang bersangkutan sendiri sudah berempati.
Seperti diketahui, pesawat Susi Air hilang kontak sesaat setelah mendarat di Bandara Paro, Nduga, Papua Pegunungan pada Selasa (7/2/2023) lalu.
Namun pesawat itu ditemukan dalam kondisi terbakar di landasan Lapangan Terbang Distrik Paro.