Pelawak berusia 78 tah un ini menyebut dirinya saat itu melawak sambil memberikan edukasi ke masyarakat tentang ideologi negara, yakni Pancasila.
Hal ini dilakukan Tarzan sebagai bagian dari melawan pengaruh ideologi komunis yang sempat meluas beberapa tahun sebelumnya.
“Sambil melawak sambil melakukan penerangan untuk masyarakat, istilahnya saat itu perang urat saraf itu komandonya tetap Angkatan Darat, jadi dulu menghibur tahanan itu sering,” ucap Tarzan.
Sejak saat itu, Tarzan dipuji TNI yang saat itu masih bernama ABRI karena terbilang sukses memberikan edukasi lewat hiburan.
Dari kesuksesan tersebut, Tarzan secara resmi diminta untuk mengenakan atribut militer dalam banyak kegiatan melawak.
“Nah pas di Surabaya, saya kenal dengan komandan Garnisun, saya disuruh pakai pakaian tentara. Kalau warga sipil itu enggak boleh pakai pakaian tentara kalau enggak ada izin khusus. Tapi setelah itu saya sukses, ke mana-mana saya keliling diundang batalyon disuruh pakai pakaian militer,” ucap Tarzan.
Tarzan menjelaskan, dirinya saat itu sampai mendapatkan pangkat militer, yakni Kopral Kepala, yang merupakan pangkat tamtama peringkat pertama dalam kemiliteran di Indonesia.
Namun, Tarzan menyebut dirinya tak secara eksplisit mendapatkan pangkat tituler seperti musisi Idris Sardi dan presenter Deddy Corbuzier.
Tarzan melanjutkan, pangkat Kopral Kepala ini juga ia kenakan saat diminta menghibur tentara Indonesia yang bertugas di luar negeri.
“Saat itu tapi saya tidak diberi pangkat tituler seperti Idris Sardi dan Deddy Corbuzier karena lain, karena UU TNI tahun 2004, yang tituler itu yang digunakan dan dimanfaatkan, kalau seumpamanya saya mau, tapi saya enggak mau, pertama karena saya enggak punya ijazah SMA, SMP saja enggak,” ucap Tarzan.
“Tapi tiap keliling saya dapat pangkat Kopral Kepala, waktu berangkat ke Libanon itu di sana saya sudah Kopral Kepala, ya tetap ngelawak di sana bukan perang, jadi pengalaman militer itu saya sudah banyak mengalami. Timor Timur tahun 81, 87,” tambah Tarzan.