Bahkan saat diberitahu Aldila Jelita akan kembali kepada Indra Bekti setelah sebulan cerai, Marjam sampai syok dan marah.
Apalagi, dinilai Marjam, kesalahan artis yang akrab disapa Bekti itu sudah fatal.
Menurutnya, sudah tidak ada kesempatan lagi bagi Bekti untuk memperbaikinya.
"Saya syok," ucap Marjam, dikutip dari YouTube Intens Investigasi, Minggu (27/8/2023).
"Dilla sudah sampaikan waktu sebulan dia bercerai terus bilang 'Mami aku mau kembali (rujuk)'. saya bilang 'what?'," lanjutnya.
"Marah dong, karena ini kesalahan yang Bekti dibikin udah fatal, udah nggak bisa diperbaiki," terang Marjam.
Tidak secara rinci mengungkapkan kesalahan fatal Bekti, Marjam hanya menyebut hal itu masih diulang.
Pun disebutkan, Bekti sudah menerima azab dari Tuhan pada tahun lalu akibat kesalahannya.
"Udah pernah terjadi di tahun 2016 sekarang diulang lagi. Dan udan diazab sama Allah tahun kemarin itu, waktu Desember, waktu dia ulang tahun," jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Marjam secara tegas menyebut Dila terpengaruh sihir hingga masih mau rujuk.
"Cuman Dilla ini dipengaruhi sihir. Aku merasa Dilla ini sepenuhnya bukan anakku karena secara mental dalam mimpi saya Dilla terpengaruh magic," ungkapnya.
Sebagai seorang ibu, dirinya masih tidak rela sang putri kembali ke pelukan Bekti.
Kini Marjam hanya berpesan supaya baik Dila maupun Bekti bisa introspeksi diri.
"Kalian, seluruh ibu-ibu Indonesia kalau punya anak diambil oleh penjahat kelamin, terus mau menyerahkan lagi? Apalagi sudah ada bukti. Jadi Bekti tolong introspeksi, Dilla introspeksi,"papar Marjam.
Di sisi lain, Marjam akan mengizinkan keduanya rujuk jika Bekti sudah benar-benar bertobat dan memperbaiki diri.
"Saya sampai mati akan mempertahankan anak saya,"
"Kecuali kalau memang Bekti mau bertobat tunjukin dulu, dua tahun Bekti harus perbaiki diri,"
"Tobat itu harus ada tiga, Bekti solat taubat, menjauhi nggak dari yang hina itu?, terus tidak mengulangi," paparnya.(*)
Source | : | Banjarmasinpost.co.id,TribunStyle.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar