Dua anggota klan Fugate bertemu Dr. Madison Cawein III, ahli hematologi di klinik medis Universitas Kentucky.
Dr. Cawein sangat ingin tahu lebih banyak tentang gangguan langka keluarga Fugate.
Oleh karena itu, ia merekrut seorang perawat bernama Ruth Pendergrass untuk membantunya dalam analisisnya.
Ruth Pendergrass juga tertarik untuk menangani kasus tersebut karena sebelumnya dia pernah bertemu dengan seorang wanita biru tua di rumah sakit.
Wanita berkulit biru itu datang untuk meminta tes darah, dan penampilannya yang tidak biasa mengejutkan Pendergrass.
Tes medis yang dilakukan oleh Dr. Cawein dan Pendergrass menemukan kebenaran tentang orang berkulit biru di Kentucky.
Orang-orang berkulit biru itu rupanya memiliki penyakit yang disebut Methemoglobinemia.
Methemoglobinemia adalah kondisi dimana kadar methemoglobin dalam sel darah merah melebihi satu persen, yang membuat kulit menjadi biru, bibir menjadi ungu, dan darah merah biasa menjadi cokelat.
Methemoglobinemia dapat diturunkan atau dipicu oleh paparan bahan kimia seperti benzokain dan xylocaine.
Kabar baik bagi keluarga Fugate di Kentucky adalah penyakit itu bisa disembuhkan, melansir mysteriousfacts.
Dr. Cawein meresepkan mereka tablet biru metilen setiap hari. Warna biru dari kulit mereka pun hilang dalam beberapa tahun.
Baca Juga: 4 Arti Kedutan di Hidung, Pertanda Kekasih Akan Datang Melamar
Setelah menderita rasa malu selama beberapa generasi, mereka akhirnya bisa menikmati kehidupan normal tanpa ejekan dan hinaan.
Benjamin "Benjy" Stacy, lahir pada tahun 1975, adalah penerus terakhir keluarga Fugates yang diketahui, yang juga memiliki warna kulit biru.
Namun, pada usia tujuh tahun, warna kulit birunya menghilang.
Meskipun sekarang Benjamin dan sebagian besar keturunan keluarga Fugate tidak lagi memiliki kelainan kulit biru mereka, tapi terkadang warna biru keluar dari kulit mereka ketika mereka kedinginan atau karena marah. (*)
Source | : | New York Post |
Penulis | : | Siti Nur Qasanah |
Editor | : | Siti Nur Qasanah |
Komentar