"Kalau tidak diotopsi, ini persoalan hukum yang pertama. Karena dalam suatu peristiwa hukum kalau ada pembunuhan ada yang mati, maka harus ada mayat. Dan kalau ada mayat maka harus di autopsi," kata Otto.
Ia mencontohkan kasus penembakan John F Keneddy yang semua orang tahu ditembak, tapi untuk menentukan penyebab kematiannya mesti menunggu hasil autopsi.
Menurut Otto Hasibuan dalam peraturan kapolri juga menyatakan seperti itu, yakni harus autopsi.
"Jadi tidak ada satupun peristiwa hukum di dunia ini, termasuk Indonesia yang masuk ke pengadilannya karena mati bukan alami yang tidak diotopsi. Semuanya diotopsi kecuali Jessica," ujar Otto.
"Salah apa Jessica? Kenapa hanya dia di bumi ini yang diadili melakukan pembunuhan pada seseorang yang mati tidak wajar tanpa diotopsi? Apa dosanya Jessica? Apa yang terjadi di sini ini yang menjadi masalah, Nah itulah mungkin waktu itu netflix melihatnya," kata Otto.
Meski jenazah Mirna tidak diautopsi, kata Otto saat membela Jessica, ia mencoba melihat bagaimana pengambilan sampel yang dijadikan dasar tuduhan Jessica meracuni Mirna.
"Pada waktu membela, Ya sudahlah karena enggak diutopsi, saya cobalah dulu lihat bagaimana hasil pengambilan sampel," kata Otto.
Ternyata menurut Otto, hasil pengambilan sampel juga cukup mengejutkan.
"Ternyata, ini laporan dari Labkrim Polri loh, bukan saya. 70 menit setelah Mirna meninggal diperiksa cairan dari lambungnya, ternyata negatif sianida. 70 menit itukan, lagi fresh sekali ternyata negatif sianida," jelas Otto.
Anehnya setelah 3 hari dan setelah jenazah diformalin, baru ditemukan sianida di lambung Mirna dan jumlahnya pun hanya sedikit yakni hanya 0,2 miligram dan tidak mematikan.
Baca Juga: Heboh Tulisan Surat Jessica Wongso untuk Sahabat di Hari Ulang Tahun: Jangan Percaya Berita di Media
"Pertanyaannya, Bisakah dari tiada menjadi ada? Karena ini masuk dari mulut dikatakan diminum. Tidak ada sianida, tapi 3 hari jadi ada. Mungkin enggak? aneh kan?" beber Otto.
"Jadi itu sebabnya ahli mengatakan kalau itu terjadi ada potensi kemungkinanan sianida dimasukkan kemudian setelah Mirna meninggal," ujar Otto.
Selain itu kata Otto, dokter lain mengatakan memang di dalam tubuh manusia ini selalu ada sianida, tapi jumlahnya kecil.
"Apel pun ada sianida, rokok ada, air ledeng kita kalau periksa Pam itu, ada juga sianida. Tapi jumlahnya sedikit, tidak mematikan Semua manusia pasti punya sianida, tapi tidak mematikan. Yang bisa mematikan adalah antara 50 sampai 176 mg. Nah ini hanya 0,2 mg," kata Otto.
Jadi sekalipun ada 0,2 sianida di lambung Mirna, hal itu menurut Otto Hasibuan lumrah dan tidak mematikan.
"Jadi tidak ada alasan mengatakan bahwa Mirna mati karena sianida," katanya.
(*)
Source | : | Suryamalang.com,tribuntrends |
Penulis | : | Septia Gendis |
Editor | : | Septia Gendis |
Komentar