Sandhy menambahkan dalam menangani kasus kopi sianida, pihaknya mencaritahu latarbelakang semua yang terlibat, termasuk psikologisnya.
Dikatakan Sandhy, dari hasil pemeriksaan psikiater, Jessica Wongso memiliki dua kepribadian.
"Jessica kalau menurut hasil psikiatri, punya dua kepribadian, kadang bisa baik, kadang bisa langsung marah," katanya.
Saat di Australia, Jessica Wongso pernah dirawat di sebuah rumah sakit setelah ribut dengan mantan pacarnya.
Kala itu Jessica melakukan percobaan bunuh diri.
"Dia bertemu Kristi, temannya atau atasannya. Dia menyampaikan, sebenarnya agak kasar, 'para ini menahan saya, kalau saya ingin membunuh orang saya tahu caranya dan dosis yang tepat'," kata Sandhy Handika menirukan ucapan Jessica Wongso. Ahli Hukum Pidana Edward Omar Syarif Hiarej mengungkap fakta soal lie detector di kasus kopi sianida Jessica Wongso.
Ia menyimpulkan bahwa dari hasil psikologis dan kenyataannya, Jessica Wongso memang memiliki keinginan melakukan tindakan tersebut.
"Menjadi bagian dari bukti, kepribadian seperti itu ternyata memiliki keinginan juga untuk melakukan kekerasan," kata Sandhy.
Edward Omar Syarif Hiarej mengatakan banyak informasi dari polisi Australia soal Jessica Wongso.
"Ada hal yang sangat private yang tidak bisa dikeluarkan ke publik, tidak dapat dijadiakn bukti ke pengadilan," katanya.
Ia membocorkan salah satu hasil digital forensi polisi Australia mengungkap bahwa tahun 2015, atau sebelum Mirna Salihin tewas, Jessica Wongso menonton film tentang pembunuhan menggunakan kopi yang dicampur racun sianida.