Menjawab pertanyaan tersebut, pengacaranya tersebut pun langsung bereaksi.
Dia langsung membela Regi Nazlah yang tidak mungkin bisa melakukan hal tersebut.
"Oh nggaklah, emang dia muaythai, diatuh lebay, untuk ga dibilang breakdance,"jelasnya.
Regi Nazlah juga menimpali bahwa tidak mungkin Afifah Riyadh bisa keluar dari resto tersebut jika dirinya dipukuli secara membabi buta.
"Logikanya satu lagi, logikanya kalau emang saya nendang secara brutal, dia tidak akan bisa keluar dari situ restoran,"timpal Regi Nazlah.
Sang pengacara juga menjelaskan bagaimana gaya perempuan bertengkar yakni hanya cakar-cakaran saja.
Dia juga menyebut darah yang keluar dari wajah Afifah Riyadh adalah hal yang wajar karena mereka cakar-cakaran.
"Namanya gini kalian tahu kan gimana berantemnya perempuan? Ga mungkin begini, begini, paling cakar, cakaran.
Ya kalau berdarah-berdarah dikit wajar, orang kukunya pada perawatan kan kuku-kuku kalian kan.
Kalau laki-laki boleh, laki-laki sama laki-laki bonyok, visum, patah tulang, ini perempuan, sehebat apa sih kekuatannya.
Badan kecil begini, muaythai ditendang, ga lah,"ujar pengacara Regi Nazlah.
Postingan tersebut sontak jadi sorotan.
Banyak netizen yang kesal melihat gaya pengacara yang seolah meremehkan apa yang terjadi pada Afifah Riyadh.
anakbapakMade_: knpa kocak bgt si pengacaranya njir
INDRITOKSHOP: tapi itu luka cakar parah bngt
pel?: intinya, kalo dia cerita sampe nangis gitu, brati emg sesakit itu
Ayass: masih sempat bilang “wajarrr”
Cipun: bnrbnr MANIFULATIF , ya allah keadilan untuk mu afifah
P1staschioOffcial.: lah kan ga nyebut nama masa nongol sendiri
Serli: Tingal buka aja lngsung cctv nya biar jelas kalo dengerin dari pihak sini sama sono gak bakal ada kejelasnya para kita yg kepo dengen cctv resto
Agstyastri.a: sampai saat ini afifah gak d undang sana sini gak nongol. dia diamm dan gak nyebut nama juga eh dia muncul sendiri
terserahhh_: semoga bpk pengacara klo punya anak cewe baik" aja
(*)
Source | : | Sripoku.com,Serambinews.com |
Penulis | : | Desy Kurniasari |
Editor | : | Desy Kurniasari |
Komentar