Untung rumah Yohan di Bogor itu dekat dgn RS Azra. Dokter jags yg berpengalaman menemukan diagnosa: tekanan darah terlalu rendah krn darah terlalu encer.
5. Sejak saat itu saya ke HSC di KL utk annual check up. Di sana dikonfir-masi dgn MSCT bahwa saya memang tidak mengidap penyakit jantung.
6. April 2015, sewaktu Annual Medex di HSC KL, ditemukan dilatasi (penggembungan) pada aorta saya pada tahap awal. Dim bhs medis, penyakit ini disebut: aorta aneurysm.
Menurut Dr. Soo, tiap tahun perlu diawasi apakah membesar dan perlu tindakan operasi. Katanya: saya spt membawa born waktu yang setiap saat bisa pecah dan mematikan saya.
Dr. Soo juga mengaku bahwa dia bukan ahlinya di bidang aneurysm. Bila perlu pembedahan, dia harus mengundang dokter bedah dari Jepang. Biaya diperkirakan Rp 600-700juta.
7. April 2016, saya sudah appoint-ment dgn Dr. Soo di HSC KL. Tapi pas hari itu justru dia dilarikan ke RS utk operasi. Team dokter yang menan- (percakapan terpotong, red)
(percakapan terpotong, red) memberi info ttg aneurysm saya.
8. April 2017, saya appointment lagi utk konsultasi dgn Dr. Soo. Eh, ternyata dia mendadak sakit. Saya Igsg jalan2 ke tempat adik saya di Penang.
Di sana saya mengalami semacam pencerahan. "Kenapa saya pasrahkan masalah kesehatan saya kpd orang yg bukan ahlinya?" Dr. Soo adalah salah satu ahli kateter di Asia, tapi bukan ahli aneurysm.
Saya segera berkomunikasi dgn Dr. Sindhi yg Igsg saja membanjiri saya dgn berbagai info bagus dan penting. Saya putuskan untuk mengikuti saran Dr. Sindhi.
9. Bulan Juli 2017, saya jalan2 seharian dgn Dr. Sindhi di sktr Tangerang, diakhiri dgn maksi kuliner Betawi di Mpok Kuni.